Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta, Jumat sore, bergerak melemah sebesar 40 poin menjadi
Rp13.145 dibandingkan posisi sebelumnya pada posisi Rp13.105 per dolar
AS.
Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta,
Jumat, mengatakan nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi setelah pada
hari sebelumnya (Kamis, 21/5) sempat berada dalam area positif, faktor
ketidakpastian dari bank sentral AS (the Fed) terkait kenaikan suku
bunga membuat mata uang domestik mudah berubah.
"Faktor eksternal masih menjadi sentimen utama bagi fluktuasi mata
uang rupiah, volatilitas masih akan tinggi selama belum adanya kepastian
waktu dari kenaikan Fed fund rate," katanya.
Secara psikologis, menurut dia, sentimen yang belum pasti akan
memicu pelaku pasar uang mengakumulasi nilai tukar yang dianggap dapat
menjaga nilai aset, dalam hal ini dolar AS masih menjadi favorit
investor.
Sementara itu, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza
Priyambada mengatakan bahwa potensi rupiah bergerak naik masih terbuka
menyusul pemerintah yang akan menerbitkan surat utang syariah (sukuk)
global.
Menurut dia, penerbitan sukuk itu sejalan dengan rencana pembiayaan
infrastruktur di dalam negeri sekaligus untuk memperkokoh fiskal
pemerintah. Kondisi itu akan membuat ekspektasi perekonomian Indonesia
akan tumbuh pada tahun ini.
Di sisi lain, menurut dia, laju dolar AS juga masih dibayangi
tekanan seiring dengan hasil Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC)
mengindikasikan Fed fund rate masih di level rendah. Para pemangku
kebijakan the Fed merasa prematur untuk menaikan Fed fund rate di bulan
Juni sehingga mengindikasikan masih melambatnya ekonomi AS.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat
mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.136
dibandingkan hari sebelumnya Rp13.150.
Rupiah Jumat sore melemah jadi Rp13.145 per dolar
Jumat, 22 Mei 2015 18:24 WIB