Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar 155 poin menjadi
Rp14.356 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.511 per dolar AS.
"Jumlah pengangguran Amerika Serikat yang tidak sesuai harapan
menimbulkan asumsi bahwa bank sentral Amerika Serikat (the Fed) akan
kembali menunda kenaikan tingkat suku bunga acuannya hingga tahun depan
2016, situasi itu dimanfaatkan pelaku pasar uang untuk kembali masuk ke
dalam aset negara berkembang," kata Kepala Riset NH Korindo Securities
Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, aset di negara berkembang, termasuuk Indonesia kembali
dilirik mengingat imbal hasil yang ditawarkan cukup tinggi serta
proyeksi pertumbuhan ekonomi ke depan masih akan solid.
Ia menambahkan bahwa harga komoditas dunia yang mulai bergerak naik
juga menekan mata uang dolar AS. Tentu saja, momentum itu berdampak
pada sejumlah mata uang penghasil komoditas, termasuk Indonesia.
Dari dalam negeri, lanjut dia, spekulasi Paket Kebijakan Ekonomi
jilid III oleh pemerintah dalam waktu dekat dikabarkan akan menurunkan
harga tarif dasar listrik (TDL) dan bahan bakar minyak (BBM) menjadi
salah satu faktor positif.
"Kebijakan itu dipercaya dapat mendorong kembali daya beli
masyarakat sehingga nantinya perekonomian domestik akan bergerak
tumbuh," ujarnya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa suku bunga
antar bank di Indonesia yang mulai turun setelah sempat melonjak tajam
menandakan kondisi likuiditas jangka pendek mulai pulih.
"Dari domestik, muncul sedikit optimisme terhadap gelontoran
kebijakan ekonomi pemerintah yang telah dikeluarkan sebelumnya akan
berdampak pada ekonomi domestik ke depan. Dalam jangka pendek ruang
penguatan masih tersedia," katanya.
Rupiah menguat jadi Rp14.356 per dolar AS
Selasa, 6 Oktober 2015 11:09 WIB