Balikpapan (ANTARA GORONTALO) - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
menegaskan TNI tinggal menunggu perintah untuk bergerak membebaskan
sandera para Anak Buah Kapal (ABK) Indonesia yang ditahan milisi
bersenjata di Filipina.
"Kami siap kapan pun juga," tegas Panglima di Markas Kodam VI Mulawarman di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu malam.
"Perintah berangkat sekarang, berangkat," tandasnya lagi kepada
para jurnalis yang merubungnya usai salat isya dan tarawih di halaman
Markas Kodam tersebut.
Namun demikian, dalam hal pembebasan 7 ABK Tug Boat (TB) Charles
yang dijadikan sandera oleh milisi Abu Sayyaf dan Al Habbsy, kelompok
separatis di Filipina Selatan tersebut, Panglima TNI menegaskan bahwa
diperlukan kerjasama operasi dengan pihak terkait di Filipina.
"Karena tentu saja, konstitusi Filipina tidak mengizinkan militer
asing beroperasi di wilayahnya. Kami perlu kerjasama resmi, hitam di
atas putih, kesepakatan dari pemerintah RI dan pemerintah Filipina,
seandainya untuk membebaskan sandera diperlukan operasi militer," papar
Panglima.
Di sisi lain, pada kesempatan yang sama Panglima juga menegaskan
bahwa dalam kasus penyanderaan ini sebelumnya sudah dimulai dengan
pelanggaran larangan berlayar ke Filipina yang dikeluarkan Kementerian
Perhubungan. Ada moratorium pengiriman batubara ke Filipina sampai
aparat negara tetangga di utara Pulau Sulawesi itu bisa menjamin
keamanan pelayaran kapal-kapal tunda yang menarik tongkang berisi
batubara ekspor ke negara tersebut.
Setelah melanggar larangan berlayar ke Filipina, juga ditengarai
terjadi perubahan pilihan jalur pelayaran. Diduga untuk menghemat waktu
dan bahan bakar pelayaran sepanjang 18 mil, TB Charles memotong jalur
melingkar yang menghindari perairan rawan Pulau Jolo.
"Ini kami dalami terus kasusnya dan melihat perkembangannya," kata Panglima.
TB Charles mengalami naas di Laut Sulu, Filipina Selatan, pada
Selasa 21 Juni. Saat berlayar menarik kembali tongkang Robbi kembali ke
Indonesia, 7 dari 13 awaknya disandera dan diculik kelompok bersenjata
setelah kapal dikejar dan dihentikan di tengah laut.
Keenam ABK yang tersisa menjalankan kapal kembali ke Indonesia.
Mereka adalah mualim II Andi Wahyu, masinis IV Syahril, juru mudi Reigar
Lahiwu, juru mudi Rudi Kurniawan, dan juru masak Agung E Saputra serta
juru mudi Syahril.
Para gerombolan bersenjata menahan kapten kapal Ferry Arifin,
kepala kamar mesin M Mahbrur Dahri, serta masinis pertama Edi Suryono.
Mereka kemudian menambah sandera dengan juga menculik mualim satu
Ismail, masinis ketiga M Nasir, oil man atau pembantu kamar mesin M
Sofyan, serta jurumudi Robin Piter.
Panglima TNI: kami tinggal tunggu perintah
Kamis, 30 Juni 2016 2:33 WIB