"Peringatan Hari Anak Nasional 2016 ini perlu menjadi momentum pemajuan perlindungan anak, terutama dari unsur pendidikan," kata Susanto, di Jakarta, Sabtu.
Dia mengatakan, dunia pendidikan harus memastikan proses pendidikan berlangsung dengan nyaman, menyenangkan dan membelajarkan untuk semua anak.
Beragam kasus kekerasan atas nama pendidikan, kata dia, sejauh ini masih sering terjadi. Meski sejumlah lembaga pendidikan sudah mulai melakukan perbaikan, adanya sejumlah kasus kekerasan di satuan pendidikan merupakan fakta yang tak dapat ditutup-tutupi.
"Apapun justifikasinya kekerasan berdampak pada penumpulan dan pelemahan kualitas anak Indonesia sebagai performa SDM masa depan. Kondisi ini jika dibiarkan, akan melemahkan bangsa dan negara," katanya.
Dalam pendidikan kedisiplinan, kata dia, mengembangkan model pendisiplinan positif dalam pendidikan. Tumbuhkan kesadaran untuk disiplin, bukan disiplin karena takut mendapat hukuman.
Dia juga berharap agar anak dipastikan agar tidak menjadi pelaku dan korban pelonco di satuan pendidikan. Sejumlah penelitian melaporkan, anak menjadi korban perundungan memiliki korelasi signifikan terhadap lemahnya prestasi belajar.
"Pastikan juga anak mendapatkan literasi memanfaatkan internet secara sehat. Beragam kasus anak menjadi pelaku kekerasan bahkan kekerasan seksual, tampaknya sebagian dipengaruhi oleh lemahnya literasi internet pada anak," kata dia.
Dia mengatakan anak juga harus terhindarkan dari rokok dan zat adiktif. Karena sangat membahayakan bagi kesehatan anak.