Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Pagi itu, pelatih ganda campuran Richard Mainaky
sudah mendapatkan firasat positif tentang anak asuhnya. Buku renungan
pagi dan renungan malam terus dibaca ketika pertandingan final tepat
bersamaan dengan HUT RI ke-71 pada 2016.
"Saat itu saya tertegun, apakah ini suatu pertanda? Saya baca ulang
lagi...apakah ini bisa terwujud nanti malam," ujar pria asal Ternate,
Maluku itu.
Richard bahkan menunjukkan buku yang berisi doa-doa renungan
Kritiani itu kepada Butet, anak asuhnya. "Saya bilang ke dia, ini bisa
saja terjadi malam ini. Kamu harus percaya dan yakin kamu bisa,"
ujarnya.
Sementara, Owi yang merupakan pasangan bermain Butet juga tidak
dapat menutupi ketegangan menghadapi partai final pesta olahraga
tertinggi dunia itu. "Saya mengatasinya dengan membaca Alquran dan
shalat. Saya merasa lebih dekat dengan Tuhan dalam Olimpiade kali ini,"
ujar pria berusia 28 tahun itu.
Pasangan atlet ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, atau
lebih populer disapa Owi/Butet itu, akhirnya mencatatkan sejarah baru
bulu tangkis Indonesia tepat pada 17 Agustus dengan meraih medali emas
Olimpiade Rio 2016.
Owi/Butet meraih medali yang sudah dirindukan kontingen Indonesia
sejak Olimpiade London 2012 itu setelah mengalahkan pasangan Malaysia
Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Pasangan atlet bulu tangkis andalan Tanah
Air itu menang 21-14, 21-12 atas Chan/Goh dalam laga selama 45 menit.
Lagu kebangsaan Indonesia Raya pun berkumandang ketika bendera
Merah-Putih mulai berkibar di Riocentro Pavilion 4 Rio de Janeiro,
Brasil. Kemenangan dalam Olimpiade Rio 2016 itu sekaligus menjadi
"pelunasan utang" Owi/Butet setelah gagal meraih medali emas dalam
Olimpiade London 2012.
Perjuangan Owi/Butet meraih medali emas dalam Olimpiade kedua
mereka merupakan pembuktian atlet berkarakter juara. Kemenangan mereka
adalah buah dari pertarungan mental dan kesuksesan untuk lepas dari
tekanan psikologis.
"Tekanan dalam Olimpiade memang luar biasa. Meski sudah
berpengalaman bertanding dalam OIimpiade, saya merasakan tekanan itu
tetap tinggi," kata Butet yang telah tiga kali mengikuti Olimpiade dan
mendapatkan medali perunggu dalam Olimpiade Beijing 2008 berpasangan
dengan Nova Widianto.
Sejak 1992 hingga 2008, cabang bulu tangkis selalu menyumbang
medali emas bagi kontingen Indonesia dalam Olimpiade. Tetapi, "setoran"
itu terputus pada 2012 ketika enam wakil tidak mampu merebut satu pun
medali.
"Kami persembahkan medali ini untuk Indonesia tepat pada hari kemerdekaan," kata Tontowi setelah kemenangannya.
Indonesia mengirim enam wakil pada cabang bulu tangkis OIimpiade
Rio 2016. Enam wakil itu adalah Tommy Sugiarto pada nomor tunggal putra,
Linda Wenifanetri pada nomor tunggal putri, Hendra Setiawan/Mohammad
Ahsan pada nomor ganda putra, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari
pada nomor ganda putri, Praveen Jordan/Debby Susanto pada nomor ganda
campuran dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir juga pada ganda campuran.
Semula, Indonesia menargetkan dua medali emas dari cabang bulu
tangkis yang diharapkan berasal pada nomor-nomor ganda. Tapi,
Hendra/Ahsan gagal masuk babak utama setelah kalah pada penyisihan grup.
Sementara, pasangan putri Greysia/Nitya meskipun telah melewati
penyisihan grup kalah pada putaran perempat final dari pasangan China
Tan Yuanting/Yu Yang11-21, 14-21.
Empat target
Olimpiade adalah salah satu dari empat target utama Persatuan Bulu
Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sepanjang 2016. Tiga target lain
adalah gelar dalam All England 2016, Piala Thomas 2016, dan Final Super
Series di Dubai pada akhir Desember.
Pada All England 2016, Indonesia berhasil mencapai target dengan
kesuksesan pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto.
Praveen/Debby meraih gelar All Englad setelah menaklukkan pasangan
Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen 21-12, 21-17.
Ada kesamaan laga semifinal antara Praveen/Debby dalam All England
2016 dan Owi/Butet dalam Olimpiade Rio 2016. Kedua pasangan campuran
Indonesia itu harus menghadapi ganda kuat China Zhang Nan/Zhao Yunlei.
Dalam Piala Thomas dan Uber di Kunshan, China, Indonesia juga
berhasil mencapai target yaitu final untuk Tim Thomas Indonesia.
Sedangkan Tim Uber Indonesia terhenti pada perempat final setelah kalah
dari tim Korea Selatan 0-3.
Walaupun tidak mendapatkan Piala Thomas 2016, tim putra Indonesia
yang sebagian besar adalah atlet-atlet muda memberikan harapan kembali
merebut piala kejuaraan dunia beregu putra yang digelar dua tahunan itu
pada 2018.
Tim Uber Indonesia, di sisi lain, masih tertinggal dibanding tim
negara tetangga Thailand yang dibuktikan pada hasil penyisihan grup C.
Kelemahan tim putri Merah-Putih sangat tampak pada nomor tunggal putri.
Pada turnamen Final Super Series di Dubai pada 14-18 Desember,
Indonesia masih berpeluang untuk merebut gelar juara meskipun tidak
semua atlet-atlet andalan mengikuti turnamen berhadiah total satu juta
dolar AS itu.
Indonesia mengirim empat wakil pada Final Super Series. Mereka
adalah pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Angga
Pratama/Ricky Karanda Suwardi pada nomor ganda putra. Serta, Tontowi
Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto pada nomor ganda
campuran.
Selain empat turnamen yang telah ditargetkan itu, bulu tangkis
Indonesia sebenarnya masih punya tugas utama dalam turnamen
internasional di negeri sendiri. Pada turnamen Indonesia Terbuka 2016
tidak satu pun atlet-atlet nasional yang berhasil meraih gelar juara.
Bahkan, putaran final kejuaraan berhadiah total 900 ribu dolar AS
itu dikuasai pemain-pemain asing seperti pemain Denmark Jan O Jorgensen,
atlet andalan Malaysia Lee Chong Wei, ganda putri Jepang Misaki
Matsutomo/Ayaka Takahashi, ganda putra Korea Selatan Lee Yong Dae/Yoo
Yeon Seong, serta empat wakil China pada empat nomor pertandingan.
Persoalan regenerasi
Ketiadaan atlet-atlet Indonesia mencapai putaran final Indonesia
Terbuka 2016 mengindikasikan ketimpangan regenerasi pemain-pemain
pelapis selain atlet-atlet andalan seperti Tommy Sugiarto, Tontowi
Ahmad, Hendra Setiawan, Mohammad Ahsan, Praveen Jordan, Liliyana Natsir,
Debby Susanto, Greysia Polii, dan Nitya Krishinda Maheswari.
Regenerasi menjadi kunci jika Indonesia ingin tetap menghadirkan
wakil-wakilnya sebagai peraih gelar juara dalam turnamen internasional.
Target-target juara itu tidak mungkin seluruhnya dibebankan kepada
atlet-atlet andalan Tanah Air karena turnamen-turnamen bulu tangkis
selalu ada hampir setiap pekan.
Kemunculan sejumlah atlet-atlet muda dalam Tim Thomas Indonesia
2016 menunjukkan harapan regenerasi dan kesiapan untuk merebut kembali
piala kejuaraan bergengsi itu. Atlet-atlet harapan Indonesia itu antara
lain trio tunggal putra Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, dan
Ihsan Maulana Mustofa. Serta, dua pasangan putra Angga Pratama/Ricky
Karanda Suwardi dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Demikian pula Tim Uber Indonesia yang juga terdiri atas atlet-atlet
muda seperti tunggal putri Fitriani dan Gregoria Mariska. Serta
pasangan putri Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari, Anggia
Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istirani serta Tiara Rosalia
Nuraidah/Rizki Amelia Pradipta.
Pelatnas PBSI masih mempunyai atlet-atlet potensialnya yang
sepanjang 2016 menjadi pemain-pemain pelapis pada turnamen-turnamen
tingkat grand prix, international challenge, bahkan international
series.
Pada sektor tunggal putra, pelatnas PBSI punya Firman Abdul
Kholik, Panji Ahmad Maulana, dan Muhammad Bayu Pangisthu. Kemudian,
pasangan Muhammad Rian Ardianto/Fajar Alfian dan Kenas Adi
Haryanto/Hardianto pada sektor ganda putra.
Ganda Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti, Hafiz Faisal/Shela
Devi Aulia, dan Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika akan menjadi
penantang jawara-jawara dari negara lain pada sektor ganda campuran.
Sektor tunggal putri belum memunculkan nama-nama atlet lain
sebagai elemen kejutan bagi pemain-pemain luar negeri. Jarak antara
pemain senior seperti Linda Wenifanetri dan Maria Febe Kusumatuti masih
terlalu jauh dari pemain juniornya, kecuali Fitriani, Dinar Dyah
Ayustine. Bahkan, Gregoria pada pekan kedua Desember 2016, masih berada
pada peringkat 128 dunia.
Tiga pasangan ganda putri Indonesia di bawah Greysia/Nitya memang
masih cukup kokoh untuk satu generasi. Tapi, pemain-pemain pelatnas di
bawah mereka masih terlalu jauh untuk mengindari kekosongan generasi.
Pembinaan
PBSI periode 2016-2020 di bawah kepemimpinan Wiranto punya
pekerjaan rumah yang besar untuk setidaknya mempertahankan
prestasi-prestasi bulu tangkis Indonesia dalam kejuaraan internasional.
Apalagi, Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Bulu
tangkis, lagi-lagi, akan menjadi cabang olahraga yang ditargetkan
kontingen tuan rumah untuk meraih kesuksesan prestasi.
Jika regenerasi merupakan kunci utama prestasi bulu tangkis
Indonesia, pembinaan atlet-atlet usia dini dari berbagai daerah
merupakan langkah awal. PBSI pun sesungguhnya telah memulai langkah awal
dengan mengeluarkan standarisasi atlet yang layak bergabung ke pelatnas
PBSI di Cipayung, Jakarta Timur, sejak akhir 2014.
Komposisi stadardisasi atlet yang layak masuk pelatnas PBSI itu
terdiri dari 50 persen aspek teknik, taktik dan strategi permainan, 30
persen aspek fisik, dan 20 persen aspek mental bertanding. Standardisasi
itu pun lantas disusun dalam bentuk buku acuan dan didistribusikan ke
seluruh pengurus PBSI provinsi dan klub-klub bulu tangkis di Indonesia.
"Kami berharap peningkatan standar atlet klub. Jadi, kami tinggal
memoles atlet saat menerima mereka dalam pelatnas," demikian mantan
Sekretaris Jenderal PBSI Anton Subowo ketika peluncuran buku
standarisasi pelatnas.
Selain terobosan standarisasi pelatnas itu, PBSI periode
kepemimpinan Wiranto juga berencana memunculkan program pelatnas pratama
sebagai langkah persiapan jangka panjang atlet-atlet pelatnas.
"Saya akan menghidupkan kembali program pelatnas pratama dan akan
serius memaksimalkan program itu. Pelatnas pratama akan diisi pemain
berusia di bawah 15 tahun. Saya ingin pemain muda di pelatnas bukan
hanya menjadi teman latihan pemain senior, tetapi menggembangkan
kemampuan mereka," kata Susi Susanti yang menjadi Kepala Bidang
Pembinaan dan Prestasi PP PBSI periode 2016-2020 kepada media nasional.
Penetapan standarisasi atlet maupun program pelatnas pratama punya
muara yang sama yaitu peningkatan prestasi pemain-pemain bulu tangkis
nasional dalam kejuaraan-kejuaraan dunia. Peningkatan prestasi itu
menjadi tantangan nyata jelang sejumlah turnamen, baik kejuaraan tunggal
maupun multi-cabang olahraga, pada 2017.
Pada 2017, cabang olahraga bulu tangkis dunia akan mempunyai
"hajatan" besar yang termasuk dalam kejuaraan tunggal yaitu Piala
Sudirman di Gold Coast Australia pada 21-28 Mei dan Kejuaraan Dunia Bulu
Tangkis di Glasgow Skotlandia pada 21-27 Agustus. Pada kategori
turnamen tingkat super series, dua turnamen utama yang selalu menjadi
target tim Indonesia adalah All England dan Indonesia Terbuka.
Indonesia juga akan mengikuti pesta olahraga Asia Tenggara atau
SEA Games pada 2017 di Malaysia. Bulu tangkis akan kembali tampil dan
diharapkan berkontribusi meraih medali, terutama medali emas.
Sebagaimana SEA Games 2015 di Singapura, Indonesia juga berpotensi
memunculkan atlet-atlet muda sehingga terjadi regenerasi pemain.
Berbekal regenerasi pemain, bulu tangkis Indonesia akan
menyongsong dua pesta olahraga tinggi tingkat internasional yaitu Asian
Games 2018 dan Olimpiade Tokyo 2020. Dalam catatan perolehan medali
cabang bulu tangkis Asian Games, Indonesia berada pada peringkat kedua
dengan 26 medali emas, 25 medali perak, dan 40 medali perunggu. Tim
China masih menjadi tim superior pada peringkat pertama dengan 40 medali
emas, 28 medali perak, dan 33 medali perunggu.
Sementara dalam catatan perolehan medali cabang bulu tangkis
Olimpiade, Indonesia juga menempati peringkat kedua di bawah tim China.
Indonesia hingga 2016 telah mengumpulkan tujuh medali emas, enam medali
perak, dan enam medali perunggu. Sedangkan China mengoleksi 18 medali
emas Olimpiade, delapan medali perak, dan 15 medali perunggu.
Tim Korea Selatan yang menempati peringkat ketiga dengan enam
medali emas, tujuh medali perak, dan enam medali perunggu dalam cabang
bulu tangkis Olimpiade punya peluang untuk menyalip peringkat Indonesia
sebagai runner-up. Maka, Indonesia harus terus mengejar ketertinggalan
prestasi dengan upaya-upaya yang telah dijalankan dan direncanakan.
"Program kami dalam enam bulan ini antara lain dalam bidang
pembinaan prestasi. Kami akan akan merekrut pemain dan pelatih sesuai
dengan prestasi mereka. Harus ada peningkatan dengan sistem pelatihan
yang lebih modern dan harus ada regenerasi," ujar Ketua Umum PP PBSI
Wiranto selepas mengumumkan pengurus PBSI periode 2016-2020.
Indonesia menunggu buah kepengurusan Wiranto itu dengan bukti lagu
Indonesia Raya yang berkumandang pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis,
Piala Sudirman, Piala Thomas-Uber, SEA Games, Asian Games, dan tentunya
Olimpiade.
Medali yang kembali ke Ibu Pertiwi
Senin, 12 Desember 2016 15:31 WIB