Mosul, Irak (ANTARA GORONTALO) - Tradisi bersuka cita menyambut Ramadhan
dengan berbelanja berbagai keperluan untuk berbuka puasa dan sahur
memang masih menjadi barang mewah bagi warga Mosul, yang kotanya menjadi
ajang pertempuran antara pasukan Irak dan kelompok ISIS.
Meski
demikian warga yang tahun-tahun sebelumnya hidup di bawah kekuasaan
ISIS merasa menikmati masa ketika kehidupan kembali normal awal Ramadhan
ini.
"Ramadhan tahun ini tak bisa dibandingkan dengan Ramadhan
sebelumnya. Dulu kami hidup di dalam penjara. Semuanya dilarang; saya
tak bisa pergi ke pasar sendiri dan saya harus memakai hijab," kata Um
Karam, yang berusia 40-an tahun, berjalan tanpa hijab di satu pasar
terkenal di salah satu permukiman yang baru saja dibebaskan dari
petempur ISIS.
Bulan Suci Ramadhan tahun ini memiliki rasa dan aroma istimewa buat
rakyat Irak, yang sebelumnya biasa melewati malam-malam panjangnya
dengan kesenangan dan kegiatan tradisional.
"Saya mencintai
Ramadhan, sebab itu membuat saya merasa terhubung dengan diri saya,
dengan keluarga saya dan dengan bangsa saya. Saya gembira kehidupan saya
kembali seperti sebelum Daesh (ISIS), dan saya akan lebih gembira lagi
jika pasukan keamanan membebaskan semua daerah yang tersisa di Mosul
serta seluruh Irak dari kekuasaan kelompok teroris," kata Um Karam
kepada Xinhua sambil belanja makanan dan jus untuk Iftar keluarganya.
Secara tradisional, kehidupan selama Ramadhan dulu seperti perayaan,
ketika semua anggota keluarga dan kadangkala teman berkumpul untuk
berbuka puasa, yang biasanya menjadi malam penuh makanan untuk
mengakhiri puasa, dengan bermacam makanan.
Dalam tradisi Ramadhan, anggota keluarga kadangkala juga pergi ke
tempat ramai di permukiman mereka, dan sebagian pemuda berkumpul di
kedai es krim atau di kedai kopi untuk memainkan permainan yang hanya
dilakukan selama Ramadhan.
Di Mosul, tradisi dan ketenangan
Ramadhan dilucuti dari warga dan mereka dipaksa mengikuti peraturan
keras ISIS ketika kelompok itu mengambil kendali daerah mereka.
Sekarang di daerah-daerah yang sudah dibebaskan, warga telah mulai
menikmati kembali malam-malam lama mereka saat Ramadhan, yang berisi
kegembiran. Meski tidak sepenuhnya seperti yang mereka inginkan, namun
ini barulah awal.
"Suasana hati pelanggan berubah menjadi lebih
baik Ramadhan ini, karena orang-orang merasa lebih aman dan keluarga
mereka lebih aman setelah kita mengusir Daesh," kata Thanoon Younis,
pemilik toko serba ada di pasar ramai di Mosul.
Namun Younis
mengeluhkan lambannya gerakan belanja karena banyak keluarga di Mosul
masih tinggal di kamp di luar kota karena kurangnya ketersediaan layanan
dasar seperti air minum. Orang-orang masih mengandalkan sumur untuk
mendapat air minum.
"Kehidupan secara bertaham kembali, khususnya
di tepi kiri Mosul (sisi timur Mosul), karena lebih aman setelah
kemenangan pasukan keamanan atas teroris," kata Younis.
Sebelumnya
kebanyakan permainan dan acara tradisional Ramadhan dibatalkan oleh
militan ISIS, yang berkelana di jalan-jalan dan gang-gang untuk mencari
siapa saja yang melanggar aturan dan perintah mereka.
"Yang baru
tahun ini adalah kembalinya permainan dan tradisi-tradisi Ramadhan,
seperti satu yang saya suka: Mehiebes. Kami memainkannya lagi," katanya
dengan wajah sumringah.
Mehiebes, atau cincin tersembunyi, adalah
permainan komunal warga Irak yang dimainkan oleh pria-pira berbeda usia
yang dibagi menjadi dua tim. Pemenangnya akan mendapat sepiring besar
manisan populer Irak, Zalabiyah dan Baqlawa, yang kemudian biasanya
dibagikan seluruh pemain dan penonton.
Younis juga menyampaikan
keprihatinannya tentang tragedi dan derita orang-orang yang hidup di
daerah-daerah yang masih dikendalikan ISIS di sisi barat Mosul.
"Kami
berdoa untuk orang-orang tak berdosa di dalam dan dekat pusat kota tua.
Saya selalu memikirkan penderitaan hidup mereka, kelaparan dan kehausan
mereka dan pembunuhan yang sehari-hari terjadi," katanya.
Menurut
Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan
(OCHA), jumlah warga sipil yang masih berada di kota tua dan lingkungan
sekitarnya tidak bisa diketahui pasti, namun memperkirakan sekitar
200.000 mungkin meninggalkan rumah meraka menjelang pertempuran
hari-hari mendatang.
"Kami tidak tahu pasti berapa banyak warga
sipil yang masih berada di distrik-distrik yang dikuasai ISIS, namun ada
sekitar 200.000 orang lagi yang akan meninggalkan rumahnya dalam
beberapa hari ini.
Pasukan Irak yang didukung koalisi
internasional telah bertempur untuk mengusir ISIS dari bagian barat
Mosul, namun beberapa permukiman, termasuk daerah kota tua yang padat,
masih di bawah kendali kelompok ekstremis itu.
Menurut militer
Irak, lebih dari 90 persen kota sudah direbut kembali dari ISIS dalam
serangan besar yang diluncurkan Oktober tahun lalu.
Mosul, 400
kilometer utara Baghdad, ibu kota Irak, berada di bawah kendali ISIS
sejak Juni 2014, ketika pasukan pemerintah meninggalkan senjata mereka
dan lari, memungkinkan militan ISIS mengambil alih kendali bagian barat
dan utara Irak, demikian menurut warta kantor berita Xinhua.(Uu.C003)
Sebagian warga Mosul kembali nikmati kehidupan normal awal Ramadhan
Selasa, 30 Mei 2017 11:52 WIB