Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Ekonomi dan keuangan syariah harus terus
ditumbuhkan karena memuat prinsip-prinsip ekonomi inklusif yang
mengedepankan keadilan, kebersamaan dan keseimbangan manfaat ekonomi,
sehingga dapat membantu untuk menurunkan tingkat ketimpangan
kesejahteraan, kata Bank Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, di Jakarta, Senin,
mengatakan masih besarnya tingkat ketimpangan merupakan "pekerjaan
rumah" penting bagi Indonesia saat ini, karena indikator ekonomi lainnya
seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah
sudah membaik.
Tingkat ketimpangan antara masyarakat kaya, menengah, dan miskin harus
diturunkan, mengingat hal itu syarat pertumbuhan ekonomi berkualitas dan
inklusif, kata Agus.
"Meskipun (ekonomi) banyak prestasi, namun belum diikuti dengan
distribusi hasil pembangunan ekonomi yang baik," ujarnya dalam diskusi
panel yang diselenggarakan BI dan Majelis Ulama Indonesia.
Salah satu ukuran ketimpangan ekonomi adalah rasio gini. Pada akhir
2016, rasio gini Indonesia masih tinggi yakni di level 0,394.
"Bank Dunia pada 2016 juga mencermati bahwa Indonesia termasuk salah
satu negara yang harus memperhatikan masalah kesenjangan secara lebih
baik lagi," ujar dia.
Gubernur BI menuturkan salah satu solusi untuk menurunkan ketimpangan
adalah sistem ekonomi dan keuangan yang inklusif. Ekonomi keuangan
syariah yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam seluruh
kegiatan perekonomian dapat mendorong prinsip ekonomi dan keuangan
inklusif tersebut.
"Kami meyakini sistem ekonomi yang berlandaskan nilai syariah yang
menjunjung tinggi keadilan, kebersamaan, dan keseimbangan daalam
pengelolaan sumber daya alam merupakan salah satu jawaban tepat," ujar
da.
Dari hasil diskusi BI dan MUI, ujar Agus, terdapat tiga pilar ekonomi keuangan syariah yang harus ditumbuhkan.
Pertama, pilar pemberdayaan ekonomi syariah yang menitikberatkan pengembangan sektor usaha syariah.
Kemudian, pilar kedua yakni pendalaman pasar keuangan syariah. Pilar
kedua ini mendorong peningkatan manajemen likuiditas serta pembiayaan
syariah.
Pilar ketiga, yakni penguatan riset, asesmen, dan edukasi termasuk sosialisasi dan kominikasi.
Saat ini, kata Agus, pangsa pasar keuangan syariah baru sebesar 5,17 persen dari total pasar keuangan di Indonesia.
BI harapkan ekonomi syariah turunkan ketimpangan
Senin, 24 Juli 2017 17:39 WIB