Bogor (ANTARA GORONTALO) - Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas
Trunojoyo Madura berkolaborasi mengembangkan teknologi yang dapat
memproduksi garam berkualitas sesuai standar dengan kadar mencapai NaCl
99 persen.
"Kami menyebut teknologi ini multistage precipitation atau
pengendapan pengotor bertingkat menghasilkan NaCl bebas pengotor," kata
Mohamad Khotib, peneliti sekaligus dosen dari IPB yang mengembangkan
teknologi "multistage precipitation", di Bogor, Jawa Barat, Sabtu.
Khotib telah meneliti garam sejak 2011 skala laboratorium, lalu
tahun 2015 mulai meneliti teknologi penghasil garam berkualitas.
Tahun 2017, dirinya bersama peneliti dari Universitas Trunojoyo
Madura (UTM) berkolaborasi mengembangkan teknologi pengendapan
bertingkat untuk skala lapangan melalui dana hibah Kementerian Riset,
Teknologi dan Perguruan Tinggi.
"Tahun ini uji coba skala lapangan mulai dilakukan di tambak garam Madura seluas empat hektare," katanya.
Ia menjelaskan karakteristik teknologi produksi garam yang digunakan
oleh petani lokal Indonesia masih sangat sederhana, proses produksi
berdasarkan penguapan matahari, sehingga bergantung pada cuaca.
Mengaplikasikan geoisolator dan teknologi tersebut telah membantu
mengurangi kotoran fisik dari garam sehingga garam lebih putih.
Karakteristik lainnya, petani garam mengaplikasikan sistem ulir yang
memperpanjang jalur penguapan sehingga menambah waktu pengendapan
pengotor lebih maksimal.
Garam yang dihasilkan oleh petani memiliki karakteristik yaitu kadar
NaCl rata-rata berkisar 85 sampai 97 persen (dry basis), katanya.
Ia mengatakan agar garam petani dapat diterima pasar maka harus
memenuhi persyaratan. Pasar Indonesai memiliki klasifikasi persyaratan
berupa SNI 01-4435-2000 garam bahan baku untuk industri garam beryodium,
SNI 01-3556-2000 Garam konsumsi beryodium, garam kualitas 1 (NaCl >
98 persen dan kadar air maksimum 4 persen), kualitas 2 (94.4 persen <
NaCl < 98 persen dan kadar air maksimum 5 persen), kualitas 3 (NaCl
<94 persen dan kadar air 55 persen).
Untuk memenuhi persyaratan kualitas tersebut, kata Khotib,
dibutuhkan sentuhan teknologi yang saat ini dikembangkan oleh IPB dan
UTM. Teknologi Multistage Presipitation untuk pemurnian garam sudah
dikembangkan sejak 2015.
"Prinsip teknologi ini adalah mengendapkan pengotor secara
bertingkat, yakni pertama, pengendapan anion, pengendapan kation, dan
pengoksidasi," katanya.
Ia menyebutkan, teknologi tersebut telah diujicobakan untuk
purifikasi garam rakyat (90 persen) menjadi 99,6 persen dalam skala 100
liter pada tahun 2016 melalui hibah CPPBT Ristek Dikti.
Menurutnya, komponen biaya paling besar dari purifikasi garam dengan
teknologi tersebut berasal dari proses pengkristalan garam menggunakan
pasa listrik atau gas.
"Penelitian ini terus dikembangkan, tahun 2017 ini IPB dan UTM
melakukan uji coba skala tambak untuk meminimalkan biaya kristalisasi,
karena prosesnya pengkristalan menggunakan panas matahari dan angin,"
katanya.
Sedangkan untuk penghilang pengotor, lanjutnya, menggunakan teknologi multistage precipitation dapat
menyediakan konsentrat NaCl yang telah bebas pengotor. Konsentrat NaCl
dapat disimpan dan diuapkan kapan saja sesuai kondisi kebutuhan dan
kondisi cuaca. Penguapan atau kristalisasi ini akan menghasilkan garam
dengan kadar NaCl sesuai kebutuhan. Maksudnya, jika pengotor dihilangkan
secara maksimal akan diperoleh kadar NaCl > 99 persen.
"Teknologi ini mampu memproduksi garam dengan kualitas yang dipersyaratkan peraturan," kata Khotib.
Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Kajian Stategis IPB, Prof
Hermanto Siregar menambahkan, garam adalah persoalan yang strategis dari
segi nilainya pengeluaran rumah tangga tidak seberapa, tetapi kalau
garam menjadi kebutuhan pokok akan sangat terasa apabila keberadaannya
berkurang.
"Harapan banyak pihak Indonesia mampu memproduksi sendiri, karena
potesi sumberdayanya yang sangat besar. Alangkah disayangkan jika
potensi ini tidak digunakan dengan baik, akan menjadi pembuangan devisa.
Perguruan tinggi mencoba menangkap ini, sesuai mandatnya, secara teknis
menghasilkan teknologi yang diharapkan bisa diaplikasikan oleh
masyarakat dan swasta," kata Hermanto.
IPB-Universitas Trunojoyo kembangkan teknologi garam berkualitas
Sabtu, 5 Agustus 2017 9:23 WIB