Nusa Dua, Bali, (ANTARA GORONTALO) - Tekstil dan produk tekstil di Indonesia
dinilai masih menjadi komoditas prospektif dan bisa mendorong
perekonomian nasional, sekalipun pamornya sempat turun dalam beberapa
tahun.
"Indonesia masih menjadi negara yang strategis dan penting sebagai
produsen tekstil dan produk tekstil dengan mengambil pangsa dua persen
di pasar dunia," kata CEO and Co-Founder 88Spares.com, Hartmut Molzhan
kepada pers di Nusa Dua, Bali, Sabtu.
Hal tersebut disampaikan di sela penyelenggaraan konferensi tahunan
International Textile Manufacturers Federation (ITMF) yang bertujuan
memberikan informasi terbaru kepada seluruh produsen tekstil dan produk
tekstil di sejumlah negara.
Menurut Hartmut, industri tekstil dan produk tekstil mampu
memberikan kontribusi 6,65 persen dari GDP Indonesia tahun 2016, dengan
pertumbuhan rata-rata 5,2 persen hingga 5,4 persen tahun 2017.
Sekalipun industrik tekstil dan produk tekstil Indonesia memberikan
sinyal pertumbuhan positif, katanya, perlu melakukan berbagai terobosan
dalam strategi memasarkan komoditas tersebut.
"Saat ini sudah saatnya pedagang dan pembeli melakukan perdagangan
dengan cara e-commerce yang tentunya bisa lebih efektif dan efisien dari
sisi biaya dan waktu," katanya.
Ditambahkan, tekstil dan produk tekstil memang merupakan komoditas
yang tidak akan pernah berhenti sehingga perdagangannya dibutuhkan dan
pada akhirnya muncul pedagang baru serta menjadikan persaingan kian
ketat.
"Perusahaan di Indonesia harus mampu memiliki strategi yang tepat
jika tak ingin kalah dengan pesaing dari negara lain," katanya.
Dia yang sudah membandingkan tekstil dan produk tekstil dari negara
lain, khususnya dari ASEAN, menilai produk dari Indonesia tidak kalah
bersaing jika dilihat dari kualitas dan harga.
Perusahaannya sebagai pemain baru e-marketplace business-to-business
B2B) dari Indonesia , 88Spares.com bertujuan untuk memudahkan kegiatan
menjual dan membeli suku cadang mesin dan kebutuhan industri, khususnya
industri tekstil dan produk tekstil.
Tekstil masih jadi komoditas prospektif Indonesia
Sabtu, 16 September 2017 16:05 WIB