Bogor (ANTARA GORONTALO) - Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan
International Center for Tropical Agriculture (CIAT) mendatangkan 2.000
tawon parasitoid dari Thailand untuk mengendalikan hama baru pada
tanaman singkong.
"Upaya mendatangkan tawon parasitoid ini adalah untuk mengendalikan
hama kutu putih yang menyerang tanaman singkong di Indonesia khususnya
di Bogor," kata Guru Besar Ilmu Hama Tanaman IPB Prof Aunu Rauf, di
sela-sela seminar "Kutu Putih Singkong vs Parasitoid : Pengelolaan hama Asing Berbasis Ekologi di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Aunu menjelaskan, upaya mendatangkan tawon parasitoid dengan nama
latin Anagyus lopezi dilakukan setelah Indonesia diinvasi oleh hama
pendatang yakni Kutu Putih (Phenacoccus manihoti) yang menyerang tanaman
singkong.
Berdasarkan literatur, maha tersebut berasal dari Amerika Latin
tepanya Brasil. Lalu menyebar ke luar daerah asalnya untuk pertama kali
ditemukan di Kongo, Afrika pada tahun 1973. Hama tersebut meluas hingga
ke sejumlah daerah di Afrika, menyebabkan penurunan panen singkong
hingga 80 persen sehingga terjadi kelaparan.
Lalu pada tahun 2008 hama tersebut ditemukan menyebar di Asia.
Negara pertama yang terserang hama kutu putih adalah Thailand. Di negeri
tersebut hama menyerang 200.000 hektar singkong hingga menyebabkan
kehilangan hasil sekitar 30 sampai 50 persen.
"Di Indonesia hama ini pertama kali ditemukan menyerang pertanaman
singkong di Bogor pada pertengahan 2010. Sampai saat ini Kutu Putih
sudah menyebar di seluruh wilayah di Jawa dan Lampung serta
sentra-sentra singkong di Indonesia," kata Prof Aunu.
Menurut Aunu, hama kutu putih memiliki ciri tidak memiliki sayap
untuk terbang dan bermigrasi. Perpindahan hama tersebut hingga terjadi
antara benua diperkirakan karena terbawa oleh bahan makanan.
Selain dari bahan makan, kutu putih juga bisa hinggap melalui
pakaian, maupun tubuh hewan lainnya. Kutu ini memiliki ukuran 3 mm,
berbentuk oval, berwarna merah jambu yang tubuhnya ditutupi tepung lilin
putih.
Kutu hidup bergerombol dan merusak tanaman dengan cara mengisap
cairan pada tanaman singkong. Serangan berat menyebabkan pucuk kerdil
dan keriput dan pertumbuhan tanaman terhambat, dan ukuran singkong yang
dihasilkan menjadi kecil.
"Serangan berat hama terjadi pada musim kemarau, karena Bogor masih
ada hujan jadi tidak terlalu berat. Tetapi untuk daerah Timur Indonesia
yang lebih kering, ancamanya sangat besar, seperti di NTT, Jawa Timur
dan Jawa Tengah," kata Aunu.
Aunu mengatakan, kehadiran hama kutu putih dapat menjadi ancaman
serius bagi keberlanjutan usaha tani singkong di Indonesia, mengingat
sebagai negara penghasil singkong terbesar di dunia, bersama Brasil,
Nigeria dan Thailand.
Berdasarkan data dari BPS, luas pertanaman singkong di Indonesia
pada tahun 2013 sekitar 1,1 juta hektar, dengan total produksi 24 juta
ton. Bila hama tersebut tidak dikendalikan, potensi kerugian negara
akibat serangan hama tersebut dapat mencapai Rp900 miliar setiap
tahunnya.
IPB datangkan tawon pemberantas hama singkong
Rabu, 24 September 2014 22:47 WIB