Sampit, Kalimantan Tengah (ANTARA GORONTALO) - Badan Pengelola Reducing Emissions From Deforestation And Forest Degradation Plus (REDD+) menyatakan 80 persen hutan di Kalimantan Tengah (Kalteng) telah beralih fungsi.
"Berdasarkan pengamatan kami kondisi hutan di Kalteng sudah pada
tahap memprihatinkan karena banyak yang beralih fungsi menjadi
perkebunan kelapa sawit maupun pertambangan," kata petugas Sekretariat
Bersama REDD+, Teguh Priyatmono, di Sampit, Rabu.
Saat ini, Kalimantan Tengah dihadapkan permasalahan yang besar,
akibat banyaknya hutan yang beralih fungsi tersebut, yakni bencana alam
seperti banjir dan kekeringan sudah mengancam wilayah tersebut.
Pada kemarau, sumber air banyak yang mengering, begitu juga pada
musim hujan terjadi banjir dimana-mana, karena hutan berkurang sehingga
serapan air pun tidak ada lagi.
Menurut Priyatmono, untuk mengembalikan kondisi hutan di Kalimantan Tengah membutuhkan kesadaran dan komitmen semua pihak.
"Kalimantan Tengah merupakan provinsi perintis dalam pengurangan
emisi dari deforestasi dan degradasi hutan untuk mendorong upaya dan
program terkait rencana aksi pencegahan kebakaran hutan dan lahan,"
katanya.
Salah satu program yang digagas Badan Pengelola TEDD+ dan
pemerintah provinsi Kalteng adalah program penanggulangan kebakaran
hutan dan lahan gambut berbasis masyarakat.
"Program pelatihan berseri untuk tim penanggulangan kebakaran hutan
dan lahan telah dimulai sejak 2012. Pelatihan tersebut kami berikan
dalam rangka peningkatan kapasitas terhadap komunitas dan pemerintah
local untuk efektivitas penanganggulangan kebakaran hutan dan lahan
gambut," katanya.
Pelibatan masyarakat sebagai salah satu aktor pencegah kebakaran
hutan dan lahan gambut dinilai strategis untuk mendukung upaya mitigasi
dan penanganan bersama.
"Tindakan pencegahan yang efektif hanya dapat dilakukan bila
terdapat suatu pengorganisasian yang melibatkan pihak-pihak
berkepentingan secara terpadu," katanya.
80 persen hutan Kalimantan Tengah beralih fungsi
Rabu, 26 November 2014 15:14 WIB