Sejumlah mantan atlet yang merupakan rekan dari perenang nasional Lukman Niode mengaku teman mereka tersebut merupakan pribadi yang penuh semangat dan inspiratif.
Hal tersebut dikemukakan para rekan seperjuangan Lukman dalam sebuah diskusi daring bertajuk "Tribute to Lukman Niode, A Legacy to Continue" yang disiarkan langsung di saluran Youtube Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) dan saluran televisi swasta, Kamis.
"Dia anaknya fokus dan punya cita-cita yang panjang, saya tahu betul sifatnya itu karena kami teman sekamar waktu di Sekolah Olahraga Ragunan. Sebelum tidur dia suka cerita tentang keinginannya berlatih ke Amrik (Amerika Serikat)," kata Ronny Suwito, mantan atlet renang yang juga rekan masa kecil Lukman.
Kegigihan Luki, sapaan akrab Lukman, membuat Ronny takjub. Menurut Ronny, Luki punya kemauan tinggi dalam mewujudkan impiannya meski berada pada kondisi yang sulit.
"Sebelum tidur dia sering cerita ingin ke Amerika, tapi tidak seperti senior lainnya yang bisa ke sana karena kaya dan punya uang lalu bisa ke sana sendiri. Luki waktu itu berjanji akan latihan dengan sungguh-sungguh di Ragunan dan bisa berangkat ke Amerika bermodal prestasi. Nyatanya dia memang bisa ke sana," kata Ronny.
Rekam jejak Luki yang positif di mata orang-orang terdekat juga dirasakan Nanik Suwadji, legenda renang putri nasional yang turut mengisi kegiatan tersebut.
Sebagai senior, Nanik melihat Luki tidak sombong meski kemampuan renang dan prestasinya melampaui rekan seumuran atau seniornya.
"Dia jadi atlet besar tidak sombong, 'low profile', saat baru masuk timnas juga tidak canggung dengan para seniornya. Sikap ini yang harus ditanamkan orang tua atlet sekarang. Orang tua jangan hanya ambisius, tapi juga pahami kualitas anak mereka," katanya menceritakan.
Sikap rendah hati atlet kelahiran 26 Oktober 1953 itu juga diiyakan Ketua Komite Olimpiade Nasional Indonesia (NOC) Raja Sapta Oktohari.
Rutinnya pertemuan dalam berbagai kesempatan dengan Luki, membuat Okto hapal sikap rendah hati semifinalis Olimpiade Los Angeles 1984 itu.
Saya tahu betul. Kemampuan dan pengalaman dia di renang atau organisasi memang di atas rata-rata, tapi itu tidak membuat dia merasa lebih tahu atau lebih pintar dari orang lain. Dia selalu bisa menempatkan dirinya setingkat atau malah di bawah lawan bicaranya. Dia cocok dijadikan teladan," kenang Okto.
Kepergian Lukman Niode pada 17 April 2020 membuat dunia akuatik nasional bersedih karena telah kehilangan legenda renang terbaiknya. Luki pernah mencatatkan prestasi pada tingkat nasional hingga internasional, dengan capaian tertinggi menjadi semi finalis Olimpiade 1984 Los Angeles, Amerika Serikat.
Prestasi yang pernah diraih atlet yang merintis karirnya dari klub renang Tirta Kencana Jakarta ini adalah 10 medali emas PON 1977, dua emas SEA Games 1977, satu emas SEA Games 1983 sekaligus memecahkan rekor Asia nomor 100 meter gaya punggung.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020
Hal tersebut dikemukakan para rekan seperjuangan Lukman dalam sebuah diskusi daring bertajuk "Tribute to Lukman Niode, A Legacy to Continue" yang disiarkan langsung di saluran Youtube Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) dan saluran televisi swasta, Kamis.
"Dia anaknya fokus dan punya cita-cita yang panjang, saya tahu betul sifatnya itu karena kami teman sekamar waktu di Sekolah Olahraga Ragunan. Sebelum tidur dia suka cerita tentang keinginannya berlatih ke Amrik (Amerika Serikat)," kata Ronny Suwito, mantan atlet renang yang juga rekan masa kecil Lukman.
Kegigihan Luki, sapaan akrab Lukman, membuat Ronny takjub. Menurut Ronny, Luki punya kemauan tinggi dalam mewujudkan impiannya meski berada pada kondisi yang sulit.
"Sebelum tidur dia sering cerita ingin ke Amerika, tapi tidak seperti senior lainnya yang bisa ke sana karena kaya dan punya uang lalu bisa ke sana sendiri. Luki waktu itu berjanji akan latihan dengan sungguh-sungguh di Ragunan dan bisa berangkat ke Amerika bermodal prestasi. Nyatanya dia memang bisa ke sana," kata Ronny.
Rekam jejak Luki yang positif di mata orang-orang terdekat juga dirasakan Nanik Suwadji, legenda renang putri nasional yang turut mengisi kegiatan tersebut.
Sebagai senior, Nanik melihat Luki tidak sombong meski kemampuan renang dan prestasinya melampaui rekan seumuran atau seniornya.
"Dia jadi atlet besar tidak sombong, 'low profile', saat baru masuk timnas juga tidak canggung dengan para seniornya. Sikap ini yang harus ditanamkan orang tua atlet sekarang. Orang tua jangan hanya ambisius, tapi juga pahami kualitas anak mereka," katanya menceritakan.
Sikap rendah hati atlet kelahiran 26 Oktober 1953 itu juga diiyakan Ketua Komite Olimpiade Nasional Indonesia (NOC) Raja Sapta Oktohari.
Rutinnya pertemuan dalam berbagai kesempatan dengan Luki, membuat Okto hapal sikap rendah hati semifinalis Olimpiade Los Angeles 1984 itu.
Saya tahu betul. Kemampuan dan pengalaman dia di renang atau organisasi memang di atas rata-rata, tapi itu tidak membuat dia merasa lebih tahu atau lebih pintar dari orang lain. Dia selalu bisa menempatkan dirinya setingkat atau malah di bawah lawan bicaranya. Dia cocok dijadikan teladan," kenang Okto.
Kepergian Lukman Niode pada 17 April 2020 membuat dunia akuatik nasional bersedih karena telah kehilangan legenda renang terbaiknya. Luki pernah mencatatkan prestasi pada tingkat nasional hingga internasional, dengan capaian tertinggi menjadi semi finalis Olimpiade 1984 Los Angeles, Amerika Serikat.
Prestasi yang pernah diraih atlet yang merintis karirnya dari klub renang Tirta Kencana Jakarta ini adalah 10 medali emas PON 1977, dua emas SEA Games 1977, satu emas SEA Games 1983 sekaligus memecahkan rekor Asia nomor 100 meter gaya punggung.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2020