Washington (ANTARA GORONTALO) - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menghadapi ribuan serangan siber setiap hari, namun tak mengungkapkan para peretas yang sukses membobol sistem mereka pada November yang sampai kini telah melemahkan jaringan internet mereka.

"Kami memiliki sistem keamanan yang kuat yang melindungi sistem komputer dan informasi kami yang termasuk akses ke sistem open-net rahasia," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki seperti dikutip AFP.

Namun dia mengakui serangan siber itu semakin canggih saja dari waktu ke waktu.

"Kami berhasil menangkal ribuan serangan siber setiap hari, dan kami melakukan itu dengan bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintah yang lain," kata Psaki.

Wall Street Journal melaporkan tiga bulan setelah pembobolan bulan November yang memaksa Departemen Luar Negeri mematikan jejaring email rahasianya, pemerintah tak bisa mengusir peretas dari sistem mereka.

Menurut sejumlah sumber, setiap waktu penyelidik menemukan tool peretas dan memblokirnya, para penyusup langsung memodikasi serangan untuk membobol pertahanan sistem.

Serangan itu punya kaitan dengan pemerintah Rusia dan para peretas yang menjebol email Departemen Luar Negeri ada kaitannya dengan krisis di Ukraina, lapor The Journal.

Psaki menolak mengungkapkan rincian dengan hanya berkata, "kami bekerja setiap hari untuk menyerang balik serangan-serangan ini dan menempuh beberapa langkah."

Laporan The Journal disiarkan seminggu setelah Presiden Barack Obama memimpin pertemuan keamanan siber di Universitas Stanford dan menyeru Silicon Valley untuk menjadikan pemerintah sebagai sekutu dalam pertahanan ruang siber dari teroris, peretas dan mata-mata.

Dia juga menandatangani Kepres berbagi informasi ancaman siber antara pihak swasta dan pemerintah.  "Ini semestinya menjadi misi bersama," kata Obama seperti dikutip AFP.

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015