Depok, (ANTARAGORONTALO) - Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Rizal E Halim menilai ekonomi Indonesia telah dikuasai oleh kartel termasuk adanya kelangkaan daging sapi dalam beberapa hari terakhir ini.

"Sangat jelas harga melambung akibat pasokan tiba-tiba menghilang, dan jelas pelaku usaha daging sapi ini dikuasai oleh para importir. Artinya ada upaya menahan pasokan sehingga harga menjadi melambung, dan ujung-ujungnya tuntutan membuka kran impor daging sapi," kata Rizal di Depok, Rabu.

Rizal mengatakan siapapun yang mengamati fenomena ini akan sangat jelas ada tekanan yang berlebihan akibat struktur pasar yang telah dikuasai oleh sekelompok pelaku usaha sehingga mereka dengan mudah mendikte pasar.
   
"Pemerintah perlu mengambil langkah tegas terkait praktek kartel ini. Karena hanya akan menjadi bom waktu dan sangat merugikan perekonomian nasional secara luas," katanya.

Menurut dia Polri dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) jika perlu segera mengaudit dan menyelidiki seluruh ketentuan impor sapi juga impor garam (dan sektor usaha lainnya yang terindikasi kartel), mengecek seluruh importir yang terdaftar dan mekanisme impor yang dilalui.

Karena lanjut dia besar kemungkinan kartel ini juga sangat subur karena terpelihara oleh situasi birokrasi Pemerintah juga. Tindak tegas para pelaku praktek kartel, jika perlu cabut izin usahanya.
   
Untuk itu kata dia Presiden Joko Widodo perlu menginstruksikan dengan segera kepada kepolisian bersama-sama dengan KPPU untuk menyelesaikan persoalan ini.

Dikatakannya para pemburu rente tidak hanya berkutat pada keunggulan informasi dan sumber daya yang dimiliki tetapi telah berevolusi secara perlahan. Termasuk di dalamnya kamuflase seolah-olah mereka berada dalam pusaran kompetisi.

Kamuflase ini lantas dilakukan secara berjamaah mulai dari pelaku usaha, pengambil kebijakan, otoritas tertentu, dan seterusnya. Ini lah yang membuat iklim persaingan menjadi tidak sehat.

Rizal juga menjelaskan kartel bukan hanya menguasai komoditas pangan saja, seperti daging sapi tetapi juga hampir sebagian besar sektor strategis di negeri ini dikuasai oleh para pemburu rente dan praktik kartel.

"Mulai dari sektor yang berhubungan dengan sumber daya alam  hingga sektor jasa," katanya.

Dikatakannya memang menemukan struktur pasar persaingan sempurna hanyalah ada dalam literatur-literatur ekonomi (bahkan menurut saya ilusi para ekonom) karena sebenarnya persaingan sempurna tidaklah benar-benar ada di kehidupan riil.

Namun katanya bukan berarti upaya untuk mewujudkan persaingan usaha yang sehat lantas di abaikan. Justru di tengah posisi ketidakseimbangan pasar, para pengambil kebijakan idealnya mengeluarkan instrumen yang dapat menjaga keseimbangan dan mekanisme persaingan agar dapat berlaku adil terhadap seluruh pelaku usaha.

Pewarta:

Editor : Hence Paat


COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2015