Meghan Markle dan Pangeran Harry telah lama mengambil sikap tegas dan menentang ujaran kebencian di media sosial, termasuk ujaran kebencian terhadap mereka sendiri. Kini pasangan itu mendapatkan bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu target utama ujaran kebencian.
Pada Selasa (26/10) waktu setempat Bot Sentinel selaku platform yang melacak akun dan troll Twitter yang tidak autentik, mempublikasikan temuan penyelidikannya terhadap aktivitas negatif Twitter yang berfokus pada pasangan Duke dan Duchess of Sussex.
Perusahaan itu meluncurkan penelitiannya pada bulan Oktober dengan menganalisis 114.000 cuit yang terkait dengan pasangan tersebut.
"Kami menggunakan alat internal untuk mengkategorikan cuit berdasarkan sentimen dan pengulangan. Kami secara manual memeriksa cuit untuk foto yang diubah, video yang diedit secara menipu, dan konten lain yang tidak dapat dianalisis secara otomatis atau akurat oleh alat internal kami," Bot Sentinel menjelaskan dalam laporannya seperti dilansir dari E!News pada Jumat.
Perusahaan mendapatkan 83 akun, yang didukung oleh 187.631 pengikut, "bertanggung jawab atas sekitar 70 persen dari konten kebencian asli dan turunan yang menargetkan Harry dan Meghan diTwitter".
"Menggunakan alat analitik internal dan pihak ketiga, kami memperkirakan potensi jangkauan unik gabungan dari 17.000.000 pengguna," tulis laporan Bot Sentinel.
Dengan melacak elemen lain seperti retweet dan mention, Bot Sentinel juga mengatakan ada hubungan antarakun.
"Penelitian kami mengungkapkan akun-akun ini dengan berani berkoordinasi di platform dan setidaknya satu akun secara terbuka merekrut orang untuk bergabung dengan inisiatif kebencian mereka di Twitter."
Sementara Twitter sebelumnya telah menangguhkan 40 persen dari 55 akun dengan unggahan berisi ujaran kebencian.
Menurut Bot Sentinel, akun tersebut menggunakan metode seperti memasukkan "parodi" di bios profil mereka atau menggunakan bahasa kode rasis untuk menghindari hukuman.
Dalam proses penyelidikan, Bot Sentinel menggunakan akun Twitter tanpa teman atau pengikut, tetapi itu tidak menghentikan algoritma platform untuk memperhatikan kebiasaan Twitter mereka.
"Setelah melihat dua akun kebencian, algoritme Twitter mulai menyarankan banyak akun kebencian," tulis laporan itu. "Pada beberapa kesempatan, Twitter merekomendasikan agar kami mengikuti akun kebencian ini."
Laporan itu merangkum bahwa para peneliti menemukan bahwa sejumlah akun anti-Meghan dan Harry hanya memiliki tujuan untuk membuat dan menyebarkan sebagian besar konten kebencian di Twitter.
Namun, ada beberapa akun utama yang dikemas ulang dan dibagikan oleh sejumlah akun dengan banyak pengikut.
"Kami mengamati akun utama mengkoordinasikan aktivitas mereka dan menggunakan berbagai teknik untuk menghindari deteksi. Singkatnya, sebagian besar aktivitas anti-Meghan dan Harry tidak organik," tulis laporan itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021
Pada Selasa (26/10) waktu setempat Bot Sentinel selaku platform yang melacak akun dan troll Twitter yang tidak autentik, mempublikasikan temuan penyelidikannya terhadap aktivitas negatif Twitter yang berfokus pada pasangan Duke dan Duchess of Sussex.
Perusahaan itu meluncurkan penelitiannya pada bulan Oktober dengan menganalisis 114.000 cuit yang terkait dengan pasangan tersebut.
"Kami menggunakan alat internal untuk mengkategorikan cuit berdasarkan sentimen dan pengulangan. Kami secara manual memeriksa cuit untuk foto yang diubah, video yang diedit secara menipu, dan konten lain yang tidak dapat dianalisis secara otomatis atau akurat oleh alat internal kami," Bot Sentinel menjelaskan dalam laporannya seperti dilansir dari E!News pada Jumat.
Perusahaan mendapatkan 83 akun, yang didukung oleh 187.631 pengikut, "bertanggung jawab atas sekitar 70 persen dari konten kebencian asli dan turunan yang menargetkan Harry dan Meghan diTwitter".
"Menggunakan alat analitik internal dan pihak ketiga, kami memperkirakan potensi jangkauan unik gabungan dari 17.000.000 pengguna," tulis laporan Bot Sentinel.
Dengan melacak elemen lain seperti retweet dan mention, Bot Sentinel juga mengatakan ada hubungan antarakun.
"Penelitian kami mengungkapkan akun-akun ini dengan berani berkoordinasi di platform dan setidaknya satu akun secara terbuka merekrut orang untuk bergabung dengan inisiatif kebencian mereka di Twitter."
Sementara Twitter sebelumnya telah menangguhkan 40 persen dari 55 akun dengan unggahan berisi ujaran kebencian.
Menurut Bot Sentinel, akun tersebut menggunakan metode seperti memasukkan "parodi" di bios profil mereka atau menggunakan bahasa kode rasis untuk menghindari hukuman.
Dalam proses penyelidikan, Bot Sentinel menggunakan akun Twitter tanpa teman atau pengikut, tetapi itu tidak menghentikan algoritma platform untuk memperhatikan kebiasaan Twitter mereka.
"Setelah melihat dua akun kebencian, algoritme Twitter mulai menyarankan banyak akun kebencian," tulis laporan itu. "Pada beberapa kesempatan, Twitter merekomendasikan agar kami mengikuti akun kebencian ini."
Laporan itu merangkum bahwa para peneliti menemukan bahwa sejumlah akun anti-Meghan dan Harry hanya memiliki tujuan untuk membuat dan menyebarkan sebagian besar konten kebencian di Twitter.
Namun, ada beberapa akun utama yang dikemas ulang dan dibagikan oleh sejumlah akun dengan banyak pengikut.
"Kami mengamati akun utama mengkoordinasikan aktivitas mereka dan menggunakan berbagai teknik untuk menghindari deteksi. Singkatnya, sebagian besar aktivitas anti-Meghan dan Harry tidak organik," tulis laporan itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2021