Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, meminta penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) mulai 3 September 2022, perlu diiringi dengan peningkatan distribusi oleh Pertamina, terutama pasokan solar bagi nelayan.
"Nelayan di wilayah ini, banyak yang mengeluhkan kesulitan mendapatkan stok BBM khususnya solar demi kelancaran melaut. Oleh karena itu, penyesuaian harga tersebut perlu diiringi dengan peningkatan distribusi," kata anggota Komisi II DPRD Gorontalo Utara, Dedy Dunggio, di Gorontalo, Sabtu.
Nelayan di Kecamatan Gentuma, Gorontalo, terpaksa antre turun melaut mengingat stok solar yang sulit didapatkan.
Di wilayah Pelabuhan Perikanan Gentuma, kata dia, hanya tersedia 1 unit solar packed dealer nelayan (SPDN) dengan kapasitas 6 ribu liter yang dipasok per minggu.
Sedangkan jumlah kapal ikan ada sekitar 20 unit baik yang berkekuatan 30 Gross Ton (GT) ke atas maupun ke bawah. Untuk kapal ikan 30 GT ke atas sekali melaut memerlukan 500 hingga 800 liter solar.
Dampaknya, daftar tunggu melaut terpaksa diterapkan agar seluruh kapal mendapatkan solar sesuai keperluan. Maka yang paling diperlukan adalah, meningkatkan jumlah pasokan BBM demi kelancaran melaut.
"Minimal ada 2 unit SPDN di pelabuhan ini. Sebab kalau kenaikan harga BBM di kisaran Rp1.000 hingga Rp2.000 per liter, masih tergolong normatif bagi nelayan kata mereka. Yang paling penting adalah kelancaran distribusi agar tetap berproduksi," katanya.
Ia berharap, pemerintah daerah dapat membawa keluhan warga nelayan tersebut di tengah penyesuaian harga BBM.
Penyesuaian harga BBM bersubsidi berlaku mulai pukul 14.00 WIB mulai 3 September 2022. Pertalite Rp10 ribu per liter, Pertamax Rp14.500 per liter dan solar Rp6.800 per liter.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022
"Nelayan di wilayah ini, banyak yang mengeluhkan kesulitan mendapatkan stok BBM khususnya solar demi kelancaran melaut. Oleh karena itu, penyesuaian harga tersebut perlu diiringi dengan peningkatan distribusi," kata anggota Komisi II DPRD Gorontalo Utara, Dedy Dunggio, di Gorontalo, Sabtu.
Nelayan di Kecamatan Gentuma, Gorontalo, terpaksa antre turun melaut mengingat stok solar yang sulit didapatkan.
Di wilayah Pelabuhan Perikanan Gentuma, kata dia, hanya tersedia 1 unit solar packed dealer nelayan (SPDN) dengan kapasitas 6 ribu liter yang dipasok per minggu.
Sedangkan jumlah kapal ikan ada sekitar 20 unit baik yang berkekuatan 30 Gross Ton (GT) ke atas maupun ke bawah. Untuk kapal ikan 30 GT ke atas sekali melaut memerlukan 500 hingga 800 liter solar.
Dampaknya, daftar tunggu melaut terpaksa diterapkan agar seluruh kapal mendapatkan solar sesuai keperluan. Maka yang paling diperlukan adalah, meningkatkan jumlah pasokan BBM demi kelancaran melaut.
"Minimal ada 2 unit SPDN di pelabuhan ini. Sebab kalau kenaikan harga BBM di kisaran Rp1.000 hingga Rp2.000 per liter, masih tergolong normatif bagi nelayan kata mereka. Yang paling penting adalah kelancaran distribusi agar tetap berproduksi," katanya.
Ia berharap, pemerintah daerah dapat membawa keluhan warga nelayan tersebut di tengah penyesuaian harga BBM.
Penyesuaian harga BBM bersubsidi berlaku mulai pukul 14.00 WIB mulai 3 September 2022. Pertalite Rp10 ribu per liter, Pertamax Rp14.500 per liter dan solar Rp6.800 per liter.***
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2022