Gorontalo, (ANTARA GORONTALO) - Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gorontalo, Fory Naway mengatakan, pendampingan dan pendekatan sosial dapat mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak.
"Jangan nanti sudah terjadi baru kita lakukan pendampingan dan dibawa ke ranah hukum, lakukan pendampingan kepada masyarakat," ungkapnya, Rabu.
Menurut istri dari Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo ini, untuk mewujudkan hal tersebut pihaknya telah membentuk satuan tugas di tingkat kabupaten, kecamatan hingga tingkat desa, untuk pendampingan dalam hal kekerasan perempuan dan anak, yang melekat pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
"Aparat desa harus paham mengenai hal-hal yang terjadi di daerahnya, seperti kasus pelecehan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), gizi buruk dan berbagai masalah lainnya, oleh karena itu satgas yang kami bentuk harus menyasar mulai dari desa hingga ke kabupaten," ungkap Fory.
Fory mengungkapkan kekhawatirannya akan beberapa kejadian yang menimpa perempuan dan anak di Gorontalo, seperti anak yang membunuh orang tua dan ada juga anak yang mengalami pelecehan seksual oleh ayah dan kakak korban sendiri, maupun kekerasan dalam rumah tangga.
"Saat ini ada satu orang anak korban perkosaan dari ayah kandungnya sendiri yang kami tampung untuk tinggal bersama saya di rumah jabatan bupati. Kami melakukan pendampingan sementara ayahnya kini sedang dalam proses hukum dan telah ditahan di Polda Gorontalo," katanya.
Untuk hukuman tambahan kebiri kepada pelaku pemerkosaan, Fory mengaku sangat mendukung agar dapat memberi efek jera dan antisipasi jika pelaku dihukum penjara dan saat bebas, tidak melakukan perbuatan seperti itu lagi.
"Selain melakukan berbagai program pendampingan untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak, kami bekerja sama dengan sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), seperti dengan Dinas kesehatan, untuk
pendampingan wanita hamil kurang gizi dan pendampingan ibu melahirkan untuk mencegah kematian ibu hamil dan anak-anak kurang gizi maupun gizi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016
"Jangan nanti sudah terjadi baru kita lakukan pendampingan dan dibawa ke ranah hukum, lakukan pendampingan kepada masyarakat," ungkapnya, Rabu.
Menurut istri dari Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo ini, untuk mewujudkan hal tersebut pihaknya telah membentuk satuan tugas di tingkat kabupaten, kecamatan hingga tingkat desa, untuk pendampingan dalam hal kekerasan perempuan dan anak, yang melekat pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
"Aparat desa harus paham mengenai hal-hal yang terjadi di daerahnya, seperti kasus pelecehan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), gizi buruk dan berbagai masalah lainnya, oleh karena itu satgas yang kami bentuk harus menyasar mulai dari desa hingga ke kabupaten," ungkap Fory.
Fory mengungkapkan kekhawatirannya akan beberapa kejadian yang menimpa perempuan dan anak di Gorontalo, seperti anak yang membunuh orang tua dan ada juga anak yang mengalami pelecehan seksual oleh ayah dan kakak korban sendiri, maupun kekerasan dalam rumah tangga.
"Saat ini ada satu orang anak korban perkosaan dari ayah kandungnya sendiri yang kami tampung untuk tinggal bersama saya di rumah jabatan bupati. Kami melakukan pendampingan sementara ayahnya kini sedang dalam proses hukum dan telah ditahan di Polda Gorontalo," katanya.
Untuk hukuman tambahan kebiri kepada pelaku pemerkosaan, Fory mengaku sangat mendukung agar dapat memberi efek jera dan antisipasi jika pelaku dihukum penjara dan saat bebas, tidak melakukan perbuatan seperti itu lagi.
"Selain melakukan berbagai program pendampingan untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak, kami bekerja sama dengan sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), seperti dengan Dinas kesehatan, untuk
pendampingan wanita hamil kurang gizi dan pendampingan ibu melahirkan untuk mencegah kematian ibu hamil dan anak-anak kurang gizi maupun gizi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2016