Rusia dengan tegas menolak semua proposal untuk membekukan konflik di Ukraina, kata Kepala Layanan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR), Sergey Naryshkin.
Berbicara dalam konferensi pers di Moskow pada Selasa (26/11), mengenai hasil Pertemuan ke-20 Kepala Badan Keamanan dan Layanan Intelijen Negara-negara Anggota Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS), Naryshkin mengatakan seruan untuk membekukan konflik muncul karena momentum di medan perang saat ini menguntungkan Rusia.
Fokus negara-negara Barat, menurutnya, telah bergeser dari mengalahkan Moskow menjadi menghindari kekalahan strategis mereka sendiri.
"Rusia secara tegas menentang pembekuan konflik, baik dengan model Korea maupun model lainnya. Kami mencari perdamaian yang abadi dan berkelanjutan, terutama untuk Rusia dan warganya, tetapi juga untuk benua Eropa," katanya.
Kepala intelijen tersebut menegaskan kembali keterbukaan Moskow untuk melakukan negosiasi dengan syarat yang telah diuraikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Juni lalu, sambil mendesak Barat untuk menerima kondisi-kondisi tersebut.
Naryshkin menuduh negara-negara Barat berupaya menghancurkan kestabilan ruang CIS untuk mengalihkan perhatian Rusia, mengutip kerusuhan di Belarus pada 2020 dan kerusuhan di Kazakhstan.
Menurutnya, negara-negara CIS sedang membangun kerangka keamanan Eurasia untuk melawan campur tangan eksternal dan mendorong stabilitas regional.
Naryshkin menggambarkan Ukraina sebagai negara gagal yang dimanipulasi oleh Barat untuk menjadi alat anti-Rusia, sambil menambahkan bahwa Moldova menghadapi jalur yang serupa.
Dia lebih lanjut menuduh badan intelijen Barat menggunakan terorisme untuk mencapai tujuan geopolitik mereka, mengutip ledakan pipa gas Nord Stream pada 2022.
Selain itu, Naryshkin memperingatkan kemungkinan upaya AS untuk mengeksploitasi kelompok oposisi di Belarus untuk memicu kerusuhan menjelang pemilihan presiden 2025 yang akan datang.
Sumber : Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rusia dengan tegas menentang proposal untuk bekukan konflik di Ukraina
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2024