Timika, Papua (ANTARA GORONTALO) - Kepala Polda Papua, Inspektur Jenderal
Polisi Boy Amar, menepis dugaan sabotase dalam sejumlah kasus pemotongan
pipa konsentrat PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika akhir-akhir
ini.
"Sejauh ini kami masih melihat itu sifatnya kriminal murni karena sudah ada beberapa peristiwa yang sudah kami ungkap," kata dia, di Timika, Sabtu.
Dia mengakui cukup sulit mengawasi keamanan fasilitas pipa konsentrat PT Freeport yang cukup panjang terbentang mulai dari mil 74 Distrik Tembagapura hingga Pelabuhan Amamapare Distrik Mimika Timur Jauh. Apalagi, jalur pipa konsentrat PT Freeport Indonesia itu melalui kawasan hutan belantara Papua.
"Pengawasannya butuh upaya ekstra," jelasnya.
Dalam pertemuan dengan pihak manajemen PT Freeport Indonesia di Tembagapura beberapa hari lalu, dia memberi masukan agar di setiap titik rawan kasus pemotongan pipa konsentrat perlu ada peralatan deteksi berupa CCTV atau alat bantu yang menggunakan pengamanan digital.
"Kami akan mengintensifkan pengamanan di titik-titik rawan pemotongan pipa melalui patroli anggota Satgas Amole dalam skala besar. Selain itu, kami juga beri masukan agar perlu dipasang alat bantu," kata dia.
Kasus pemotongan pipa konsentrat milik PT Freeport Indonesia marak kembali dalam beberapa waktu terakhir.
Kasus serupa terjadi sebelum Idul Fitri 1438 Hijriah di lokasi sekitar mil 50-an ruas jalan tambang Freeport yang menghubungkan Timika-Tembagapura. Satuan jarak di perusahaan Amerika Serikat itu memakai satuan mil, bukan kilometer.
Material konsentrat berwarna kehitaman yang dialirkan dari pabrik pengolahan di mil 74 Tembagapura menuju Pelabuhan Amamapare tersembur dari dalam pipa yang diduga digergaji orang yang tidak diketahui identitasnya hingga kini.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017
"Sejauh ini kami masih melihat itu sifatnya kriminal murni karena sudah ada beberapa peristiwa yang sudah kami ungkap," kata dia, di Timika, Sabtu.
Dia mengakui cukup sulit mengawasi keamanan fasilitas pipa konsentrat PT Freeport yang cukup panjang terbentang mulai dari mil 74 Distrik Tembagapura hingga Pelabuhan Amamapare Distrik Mimika Timur Jauh. Apalagi, jalur pipa konsentrat PT Freeport Indonesia itu melalui kawasan hutan belantara Papua.
"Pengawasannya butuh upaya ekstra," jelasnya.
Dalam pertemuan dengan pihak manajemen PT Freeport Indonesia di Tembagapura beberapa hari lalu, dia memberi masukan agar di setiap titik rawan kasus pemotongan pipa konsentrat perlu ada peralatan deteksi berupa CCTV atau alat bantu yang menggunakan pengamanan digital.
"Kami akan mengintensifkan pengamanan di titik-titik rawan pemotongan pipa melalui patroli anggota Satgas Amole dalam skala besar. Selain itu, kami juga beri masukan agar perlu dipasang alat bantu," kata dia.
Kasus pemotongan pipa konsentrat milik PT Freeport Indonesia marak kembali dalam beberapa waktu terakhir.
Kasus serupa terjadi sebelum Idul Fitri 1438 Hijriah di lokasi sekitar mil 50-an ruas jalan tambang Freeport yang menghubungkan Timika-Tembagapura. Satuan jarak di perusahaan Amerika Serikat itu memakai satuan mil, bukan kilometer.
Material konsentrat berwarna kehitaman yang dialirkan dari pabrik pengolahan di mil 74 Tembagapura menuju Pelabuhan Amamapare tersembur dari dalam pipa yang diduga digergaji orang yang tidak diketahui identitasnya hingga kini.
COPYRIGHT © ANTARA News Gorontalo 2017