Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Jakarta: Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati
Soekarnoputri, mengatakan,
semangat musyawarah dan gotong royong yang tertuang dalam Pancasila
sudah semakin tergeser politik praktis. Salah satunya adalah voting.
"Emang voting itu enak sekali. Kalau banyak itu pasti menang. Ada KMP-KIH. So what? Kalau voting
pasti menang KMP," kata Megawati, saat berpidato dalam dalam rangka
memperingati hari konstitusi dengan tema Mengkaji Sistem Ketatanegaraan
Indonesia; Apakah Sudah Baik? di Gedung Nusantara V DPR, Jakarta,
Selasa.
Kata Megawati, dalam sistem ketatanegaraan, voting dijamin. Namun yang dipermasalahkan, adalah voting tidak sesuai dengan semangat Pancasila dan pendiri negara.
"Apakah itu arti republik yang sudah merdeka 70 tahun? Itu tidak ada artinya," ujar mantan presiden kelima Indonesia itu.
Lunturnya semangat Pancasila dalam Ketatanegaraan Indonesia juga
tercermin dari lengsernya presiden RI, mulai dari Presiden Soekarno yang
pernah didaulat sebagai Presiden seumur hidup, Presiden Soeharto yang
digulingkan setelah memimpin 32 tahun, hingga Presiden Gus Dur yang
digantikan Megawati sendiri.
"Indonesia paling pintar melengserkan presiden. Apakah itu jati diri
kita? Ketika dalam ketatanegaraan kita, Founding Fathers sudah memilih
negara yang dibangun bentuknya NKRI bukan kerajaan. Karena republik ada
presiden," kata Megawati.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga menyindir perilaku yang kurang terpuji dari bangsa ini, yakni suka membulli.
"Saya saja dibully, itu anak muda zaman sekarang, kepada orang asing, tidak berani membully," sindir Megawati.
Megawati: Politik praktis geser semangat musyawarah dan gotong royong
Selasa, 18 Agustus 2015 22:51 WIB