Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Ratusan warga Tionghoa mulai menjalani ritual
ceng beng (ziarah kubur) ke pemakaman Tanah Cepe, Tangerang, Banten,
untuk mendoakan arwah leluhur yang menjadi tradisi setiap tahun.
Wartawan ANTARA di Tangerang, Minggu, melaporkan sejak pagi hingga
siang hari warga Tionghoa tak henti-hentinya datang dan pergi di
pemakaman Tanah Cepe untuk Ceng Beng.
Meskipun kemacetan belum terlalu terjadi karena memang belum
merupakan hari puncak Ceng Beng yang jatuh setiap 5 April, namun banyak
warga Tionghoa yang memilih ziaran datang lebih awal.
"Kalau kami ziaran mendekati puncak Ceng beng atau 5 April,
kemacetan parah akan menghadang. Jadi lebih baik datang pada awal saja,"
kata Liliyana, salah seorang warga Tionghoa yang ziarah ke makam
ayahnya.
Sesuai ketentuan walaupun puncak Ceng beng jatuh pada 5 April, namun
10-15 hari sebelum tanggal tersebut sudah bisa dimulai ziarah kubur.
Menurutnya, tradisi ceng beng sudah merupakan kegiatan setiap tahun
dan dia bersama keluarganya selalu berkumpul di kuburan untuk berdoa
serta memberikan sesaji makanan, membakar uang-uangan kertas, baju
kertas, serta membakar hio.
"Makanan dan buah-buahan yang kami sajikan adalah yang disuka oleh
leluhur dan kami percaya bahwa arwahnya akan menyantap sesaji yang kami
suguhkan sembari berdoa untuk kebaikan di surga," katanya.
Omen, salah seorang penjaga kuburan Tanah Cepe, mengatakan mulai
hari ini memang terjadi peningkatan jumlah peziarah ke lokasi pemakaman
warga Tionghoa terbesar di Tangerang tersebut.
Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, jumlah peziarah yang datang akan terus meningkat hingga pada puncaknya 5 April.
"Bukan pada Sabtu dan Minggu saja peziarah berdatangan, pada hari
kerja pun banyak peziarah yang datang sehingga setiap hari selalu padat
dan macet," katanya.
Dia mengakui, menjelang hingga puncak Ceng Beng penjaga kuburan,
tukang rumput, hingga tukang parkir liar ketiban banyak rejeki yang
didapat dari peziarah.
"Sehari bahkan bisa dapat Rp200 ribu hingga Rp400 ribu dari peziarah, tergantung berapa besar mereka memberi," katanya.
Ceng beng yang dalam bahasa diartikan sebagai cerah dan cemerlang
merupakan tradisi ziarah tahunan bagi warga tionghoa bukan hanya di
Indonesia, tapi juga di seluruh dunia merayakan perayaan.
Pada intinya, kegiatan ceng beng dilakukan untuk menghormati leluhur
yang telah meninggal. Kegiatan penghormatan leluhur ini dilakukan oleh
warga tionghoa dengan cara membakar uang-uangan kertas, membakar dupa,
membersihkan kuburan atau perabuan, memasak makanan yang biasanya
dihubungkan dengan makanan kesukaan si leluhur dan meletakkannya di
kuburan atau perabuan.
Warga Tionghoa jalani ritual Ceng Beng
Minggu, 20 Maret 2016 13:31 WIB