Jakarta (ANTARA) - Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Elvieda Sariwati menyampaikan imunisasi, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), dan pemenuhan gizi yang baik, memiliki kontribusi yang positif dalam pencegahan penyakit.
“Pemberian imunisasi pada anak, pembiasaan CTPS dengan benar, dan konsumsi makanan bergizi sesuai kebutuhan gizi anak 0-24 bulan perlu menjadi perhatian kita karena pembiasaan baik dan sederhana ini memiliki kontribusi yang positif dalam pencegahan penyakit,” kata Elvieda dalam “Penyampaian Hasil Endline Program Keluarga SIGAP” yang hadir secara virtual di Jakarta pada Kamis.
Ketiga upaya preventif tersebut menjadi fokus dalam Program Keluarga SIGAP yang diinisiasi oleh swasta. Elvieda menilai Program SIGAP memiliki keselarasan dengan prioritas kesehatan pemerintah dalam transformasi kesehatan Indonesia.
Ia mengingatkan pemerintah tidak bisa bergerak sendirian untuk mewujudkan transformasi kesehatan sehingga peran berbagai pihak diperlukan. Hal ini sebagaimana tercermin dalam tema Hari Kesehatan Nasional (HKN) tahun 2024 yaitu "Gerak Bersama Sehat Bersama”.
Dengan didukung studi dari Pusat Pengobatan Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM), Elvieda mengapresiasi keberlangsungan Program Keluarga SIGAP karena telah membuat perubahan terkait perilaku kesehatan masyarakat menjadi ke arah yang lebih positif.
Ia berharap model pendekatan yang digunakan dalam program ini dapat diadaptasi oleh daerah-daerah lainnya di Indonesia. Apalagi, kata dia, diperlukan pendekatan yang mengedepankan aspek lokalitas untuk mengubah perilaku hidup masyarakat.
“Kami berharap Program Keluarga SIGAP dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia,” ujar Elvieda.
Pada kesempatan yang sama Analis Kebijakan Ahli Madya sekaligus Ketua Pokja Layanan Kesehatan, PKK dan Perlinsos Direktorat Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan Kemendes PDT Eppy Lugiarti mengatakan Program SIGAP sejalan dengan kebijakan pembangunan desa.
Pada tingkat lokal, desa memiliki Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) Desa yang harus dicapai. Hal ini, katar Eppy, juga tercermin dalam panduan Desa Peduli Kesehatan yang telah disosialisasikan oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT).
“Kemudian kaitannya dengan memperkuat koordinasi antarpelaku di desa, seperti posyandu dan kader-kader kesehatan, itu adalah sebuah potensi yang dimiliki oleh desa yang dapat melaksanakan apa yang ada di Program Keluarga SIGAP, terutama upaya-upaya kaitannya dengan preventif promotif ini bisa dilakukan,” kata Eppy.
Sebagai informasi, Program Keluarga SIGAP diinisasi oleh Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI), Unilever, dan The Power of Nutrition. Program ini memiliki visi untuk dapat mencapai 1 juta anak Indonesia yang berusia di bawah 2 tahun, dengan fokus mendorong perubahan perilaku positif antara lain imunisasi rutin, lengkap, dan sesuai jadwal; CTPS; serta pemberian makanan bergizi dan camilan sehat pada anak.
Fase percontohan Keluarga SIGAP telah selesai dilaksanakan pada Januari hingga Juni 2024 yang menyasar keluarga dengan anak-anak berusia 0-24 bulan di dua lokasi yaitu Bogor, Jawa Barat, serta Banjar, Kalimantan Selatan.
Dari pembelajaran fase percontohan, Program SIGAP akan memasuki fase scale up pada tahun 2025 dengan menargetkan tiga daerah antara lain Banjar (Kalimantan Selatan), Sukabumi (Jawa Barat), dan Brebes (Jawa Tengah).