Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
mencatat dalam periode 1999-2016, Indonesia sudah 69 kali menerima
serangan dari para teroris.
"Target sasaran terorisme lebih
banyak ke objek vital, tempat-tempat umum, layaknya terjadi di negeri
Barat," ujar Deputi I BNPT Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan
Deradikalisasi Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir di Jakarta, Rabu.
Dalam
sambutannya saat membuka acara "Sosialisasi Blueprint Perlindungan
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme", Abdul Kadir mengatakan
terorisme tidak hanya mengancam kedaulatan NKRI, tetapi juga memakan
korban dan kerugian material lainnya yang sangat banyak.
Ia menjelaskan bahwa aksi terorisme sebenarnya merupakan aksi yang
berorientasi pada liputan pemberitaan yang sangat masif dengan sasaran
di tempat umum.
"Itu juga tampak dari penargetan pusat keramaian dan objek vital
publik lainnya agar dapat diliput dan disebarkan secara masif sehingga
menimbulkan ketakutan yang meluas di masyarakat," kata dia.
Mengantisipasi berbagai ancaman aksi teror ke depan, BNPT merasa
perlu menerbitkan Blueprint Perlindungan mengingat selama ini belum ada
panduan resmi yang bisa dijadikan acuan dalam upaya perlindungan
objek-objek yang rentan terhadap serangan terorisme.
"Mungkin di lembaga pemerintah maupun sektor swasta sudah ada
panduan, namun belum ada panduan khusus terkait ancaman terorisme," kata
pria yang dibesarkan di Korps Baret Merah, Kopassus ini.
Menurut mantan Danrem 074/Wirastratama ini, Blueprint Perlindungan
ini merupakan panduan bersama dalam penanggulangan terorisme terhadap
objek vital.
"BNPT sadar betul penanggulangan terorisme bukan hanya tanggung
jawab pemerintah, tetapi sangat memerlukan sentuhan tangan seluruh
lapisan masyarakat," ujar alumni Akmil tahun 1984 ini.
Dikatakannya, keterlibatan masyarakat merupakan elemen penting dalam
penanggulangan terorisme. Karena itu, Blueprint ini tidak hanya menjadi
milik BNPT, tapi juga seluruh komponen masyarakat.
Ia mengatakan Blueprint Perlindungan ini disusun sejak tahun 2014 dan selesai tahun 2015, melalui proses yang panjang dengan melibatkan seluruh stakeholder dan para tim ahli, mulai dari penyusunan database, diskusi, serta uji publik.
"Kami menerima berbagai masukan dari stakeholder terkait agar blueprint
ini benar-benar sempurna yang dapat dijadikan acuan oleh semua pihak
jika terjadi ancaman terorisme, dan setelah semuanya selesai baru saat
ini kami sosialisasikan," kata dia.
Kegiatan sosialisasi Blueprint Perlindungan ini diikuti
sebanyak 100 orang yang terdiri dari berbagai unsur mulai akademisi,
pengelola tempat wisata, lembaga/kementerian atau instansi pemerintah
terkait, serta TNI/Polri.
BNPT: Indonesia sudah 69 kali diserang teror
Rabu, 19 Oktober 2016 23:00 WIB