Gorontalo (ANTARA) - Sosok Gusnar Ismail lekat dengan masyarakat Provinsi Gorontalo.
Gusnar tinggal menunggu jam untuk dilantik sebagai Gubernur Gorontalo terpilih dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tahun 2024.
Ia bersama Wakil Gubernur Idah Syahidah Rusli Habibie pada Kamis (20/2) akan dilantik Presiden Prabowo Subianto.
Saat muda dulu kata Gusnar dari Jakarta, Rabu (19/2) jika dirinya di zaman orde baru, sangat aktif dalam organisasi kepemudaan.
"Saya pernah menjadi ketua AMPI Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) kemudian menjadi wakil ketua KNPI Sulut. Kemudian saya di Gorontalo ditugasi sebagai Kepala Dinas Pertanian, saya aktif di Golkar Kota Gorontalo," katanya.
Gusnar pernah menjabat sebagai Gubernur Gorontalo kedua, sekaligus yang keempat saat ini.
Ia menjadi Wakil Gubernur pertama berpasangan dengan Gubernur Fadel Muhammad pada periode 2001 sampai 2006.
Fadel-Gusnar terpilih lagi di periode kedua pada 2007 hingga 2012. Kemudian pada 26 Oktober 2009, Gusnar Ismail mendapat promosi menjadi gubernur sisa masa jabatan menggantikan Fadel Muhammad yang dilantik sebagai Menteri Perikanan di era Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.
"Saya ini anak seorang mantri (perawat) kesehatan, kemudian ibu saya adalah juru rawat di rumah sakit. Jadi DNA saya adalah DNA kesehatan, kemudian saya bersekolah di tingkat SD itu pindah-pindah," kata Gusnar
Ia menempuh pendidikan di SDN 11, SDN 11 itu sekarang adalah SDN 46 Gorontalo, kemudian pindah ke SDN 3 Ipilo, lalu mengikuti ayah pindah kerja ke Limboto Kabupaten Gorontalo, sehingga ia bersekolah di SDN 11 Hepuhulawa Limboto, sampai SMP pun di
Limboto. Kemudian waktu SMA kembali ke Kota, bersekolah di Kota Gorontalo.
Gusnar mengenyam pendidikan SMA di Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan, sekarang adalah SMAN 3 Gorontalo.
Karir pria kelahiran 12 Desember 1959 ini, dirintis melalui jalur birokrasi.
Uniknya, karir birokrasinya saat itu terasa separuh politisi sebab Pegawai Negeri Sipil (PNS) saat itu boleh terjun ke partai politik, khususnya Partai Golongan Karya atau Golkar.
"Di zaman orde baru saya aktif di organisasi kepemudaan, saya pernah menjadi ketua AMPI Provinsi Sulawesi Utara, kemudian menjadi wakil ketua KNPI Sulut. Selanjutnya saya di Gorontalo ditugasi sebagai Kepala Dinas Pertanian, saya aktif di Golkar Kota Gorontalo," katanya.
Meski menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian Kota Gorontalo, rupanya Gusnar pernah merangkap sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Golkar.
Tugasnya untuk menyukseskan pemilihan Wali Kota yang kala itu masih dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
"Ada tiga calon waktu itu. Ada Pak Medi Botutihe, Pak Iwan Bokings dan salah satunya adalah saya. Saat itu PNS masih bisa ikut, karena waktu itu sistem politiknya masih zaman orde baru," kenang bapak dua orang anak itu.
Selama 10 tahun bertugas di Kota Gorontalo, ia gonta ganti jabatan mulai dari Asisten Administrasi Pembangunan, Kepala Bappeda hingga puncaknya dipercaya sebagai Sekretaris Daerah Kota Gorontalo Tahun 2000.
Jabatan inilah yang pada akhirnya mengantarkan Gusnar Ismail sebagai Wakil Gubernur Gorontalo mendampingi Fadel Muhammad.
Keduanya dipilih oleh suara mayoritas DPRD kala itu.
Rekam pendidikan bapak dua orang anak ini terbilang mentereng. Gusnar menjadi peraih gelar Doktor di UIN Sunan Kalijaga Tahun 2010, kemudian ia tercatat mengenyam pendidikan magister ekonomi di Sekolah Tinggi Ekonomi Widya Jayakarta Tahun 2001.
Setelah pensiun sebagai Gubernur Tahun 2012, Gusnar Ismail memilih fokus di politik sebagai Ketua DPW Partai Demokrat Gorontalo sebelum 'diwariskan' ke puteranya Erwin Ismail Tahun 2021.
Selepas dari birokrasi dan politik, Gusnar Ismail tidak berdiam diri.
Tenaga dan ilmunya masih ia gunakan. Ia tercatat sebagai tenaga profesional pengajar di Lemhanas RI Tahun 2020 sebelum terpilih dan dilantik kembali sebagai Gubernur Tahun 2025.
Sejarah mencatat Gusnar Ismail menjadi Gubernur Gorontalo kedua dan keempat setelah Fadel Muhammad dan Rusli Habibie.
Belum termasuk Penjabat Gubernur yakni Zudan Arif Fakhrulloh, Hamka Hendra Noer, Ismail Pakaya dan Rudy Salahuddin.
Terasa lebih spesial karena baru Gusnar Ismail yang menjabat gubernur di dua periode yang berbeda dan masih berpeluang mengukir hattrick.
Sementara Idah Syahidah menjadi Wakil Gubernur keempat setelah Gusnar Ismail, Toni Uloli dan Idris Rahim.
Bagi Gusnar orang muda layak tampil untuk mengasah pengetahuan dan ketrampilannya, termasuk banyak berkecimpung dalam organisasi kepemudaan seperti yang dilakukannya.
"Usia kita boleh tua, tapi kita adalah orang tua dari yang muda pun sudah pasti adalah orang muda dari yang tua. Kreativitas dan pengembangan diri baik dari sisi pengetahuan maupun keahlian dan keterampilan, harus bisa diukir dan dilakukan sepanjang waktu sebagai sumber daya manusia berkualitas yang memberi sumbangsih bagi negara dan daerah tercinta," imbuhnya.*