Jakarta (ANTARA) - Indonesia menghadirkan Mama Bamboo di World Expo 2025 Osaka, Kansai, Jepang, sebagai bagian dari upaya menghadirkan praktik baik pelestarian lingkungan dari daerah ke panggung internasional.
Mama Bamboo yang dimaksud merupakan dua perempuan dari Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Negekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), bernama Mama Paula Thresia dan Mama Florentina Ceme Owa.
“Ini menjadi bukti nyata pembangunan berkelanjutan dapat berjalan berdampingan dengan pelibatan peran perempuan,” kata Koordinator Kabupaten Manggarai Timur Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) Maria Wuda di Women’s Paviliun World Expo 2025 Osaka yang bertajuk “Empowered Woman and Bamboo: The Indonesia New Normal”, dikutip dari keterangan di Jakarta, Senin.
Pada kesempatan tersebut, Mama Bamboo memperkenalkan peran perempuan dalam merawat alam, menjaga keberlanjutan bumi, dan menghasilkan nilai tambah melalui bambu.
Mama Paula menerangkan inisiatif pelestarian bambu yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat NTT.
Dia mengungkapkan, bambu adalah budaya dan bagian penting dari kehidupan sehari-hari perempuan di Desa Mokel Morid yang sangat erat berkaitan dengan budaya. Mulai dari lahir hingga meninggal dunia, semua berkaitan dengan bambu.
Untuk itu, pihaknya ingin melestarikan bambu agar tidak hilang melalui pembibitan dan penanaman bambu.
Mama Bamboo disebut aktif dalam pembibitan dan penanaman bambu, terutama di sekitar sumber mata air dan lahan-lahan kritis, dengan tujuan menjaga keberlanjutan lingkungan sekaligus mendukung ekonomi lokal.
Atas hasil kerja keras itu, pihaknya telah berhasil memproduksi teh bambu, biochar, asap cair, irigasi tetes, arang, anyaman bambu dan kerajinan bambu lainnya.
“Perempuan desa dapat menjadi motor perubahan ketika mereka bersatu dan percaya dengan kekuatan mereka. Terkadang peran perempuan dilupakan, khususnya di desa. Melalui kelompok Delima, Desa Wolowea, kami mulai menyadari bagaimana bambu dan budaya harus terus tumbuh,” ujar Mama Florentina.
Ketua Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) Monica Tanuhandaru menjelaskan bahwa kelompok Mama Bamboo juga mengelola kawasan hutan yang telah mendapat izin kelola sejak 2022.
“Dalam memperluas kawasan hutan, dengan berbagai kegiatan penanaman pohon keterlibatan perempuan selalu ada hingga kini, mereka telah menanam lebih dari seribu batang bambu dan menargetkan dampak yang lebih besar pada 2025,” ujar Monica.
Inisiatif ini disebut memperoleh dukungan berbagai pihak, termasuk Environmental Family Foundation dan Cartier Osaka.
“Perempuan memegang peranan penting dalam pelestarian alam, produksi dan pengelolaan pangan, dari ladang hingga meja makan. Untuk itu, tidak tepat jika ada upaya yang melepaskan peran perempuan dalam pengelolaan alam dan pangan,” ucap Maria Wuda.
Di Women’s Paviliun World Expo 2025 Osaka, dipamerkan pula dua sepeda bambu Spedagi tipe GoRo dan Rodacilik 02 karya Singgih S Kartono.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mama Bamboo paparkan praktik pelestarian lingkungan di World Expo 2025