Jakarta (ANTARA) - Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo mengatakan bahwa Paus Leo XIV menyerukan pesan perdamaian, dan hal itu selaras dengan nilai yang disoroti pendahulunya, Paus Fransiskus.
"Paus Leo ini mau melanjutkan pendahulunya, Paus Fransiskus, untuk mencari jalan-jalan baru mewujudkan, mengimplementasikan hasil Konsili Vatikan kedua," kata Kardinal Suharyo ketika ditemui di Jakarta, Minggu, usai Misa Syukur atas pelantikan Paus Leo XIV.
Dia menyebutkan Paus Leo XIV menyadari bahwa untuk mencapai perdamaian, tidaklah mudah. Oleh karena itu, ada sebuah komunike, pernyataan dari pertemuan para kardinal untuk mengajak, mengimbau untuk mengakhiri perang di Gaza, Ukraina, Sudan, dan di tempat-tempat lain yang banyak konflik.
Dahulu, katanya, ada frasa yakni si vis pacem para bellum, yakni apabila menghendaki perdamaian maka perlu mempersiapkan senjata, atau menjadi entitas adidaya yang tidak dapat dilawan.
"Di dalam Gereja Katolik itu berubah. Bukan si vis pacem para bellum, tetapi si vis pacem para iustitia. Kalau Anda menghendaki damai tegakkanlah keadilan. Tapi kan ini Idealisme yang sangat tinggi ya," katanya.
Kardinal Ignatius menyebutkan, sebelum konklaf untuk memilih Paus, para kardinal berkumpul dan mendaftarkan diri untuk membicarakan apapun, dan secara garis besar, para kardinal membicarakan tentang arah Gereja selanjutnya, di kala era yang semakin berubah, dan orang seperti apa yang akan memimpin Gereja Katolik sehingga tidak akan terbawa arus-arus yang tidak teratur.
"Pada waktu pra-konklaf Itu sudah dikatakan berkali-kali Gereja tidak membutuhkan diplomat. Gereja tidak membutuhkan akademisi. Itu ada tempatnya lain. Gereja membutuhkan pastor. Gembala," katanya.
"Dan di dalam pembicaraan muncul beberapa kali kata-kata ini dari para kardinal. Menyebut-nyebut Paus Fransiskus. Jadi meskipun beliau sudah meninggal, tetapi para bapak kardinal itu seolah-olah mau mengatakan 'Kami mengharapkan seorang pemimpin gereja yang baru seturut jalur Paus Fransiskus'," katanya.
Dia melanjutkan, untuk saat ini belum banyak yang didengar tentang Paus Leo XIV, namun dalam waktu dekat, pemimpin tertinggi Gereja Katolik itu bakal menulis ensiklikal, yang akan menunjukkan arah kepemimpinannya.
Namun demikian, katanya, arah kepemimpinan Paus Leo XIV bisa ditebak dari nama papalnya, yakni Leo. Paus Leo XIII, kata dia, menulis Rerum Novarum pada 1891. Ensiklikal yang ditulis pada era revolusi industri.
"Pada waktu itu ada revolusi industri di Eropa, dan karena revolusi industri itu, cara berpikir menjadi berbeda. Buruh-buruh yang bekerja di pabrik-pabrik itu tidak tahu lagi diperlakukan seperti apa. Ada buruh anak-anak dan sebagainya. Sehingga Gereja mengambil sikap tentang pekerjaan, tentang modal, tentang segala macam," kata dia.
Namun demikian, katanya, tantangan teknologi di masa kini berbeda, yakni pesatnya perkembangan dan penggunaan kecerdasan buatan (AI). Menurut dia, teknologi seperti itu dapat membantu seseorang menulis skripsi hingga empat kali dalam setahun, tetapi mengesampingkan sisi kemanusiaan.
Adapun ribuan umat Katolik mengikuti misa syukur atas pelantikan bapak suci Paus Leo XIV, di Gereja Katedral Jakarta, pada Minggu. Misa syukur ini digelar oleh Keuskupan Agung Jakarta dipimpin dan dipersembahkan langsung oleh Duta Besar Tahta Suci Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo dan Uskup Keuskupan Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Uskup Agung Jakarta: Paus Leo XIV teruskan pesan perdamaian