Bukittinggi, Sumatera Barat (ANTARA GORONTALO) - Pondok Pesantren Darul
Hadits di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, membantah keterkaitan dengan
organisasi teroris menyusul dideportasinya enam orang guru dan dua
santri saat akan memasuki Singapura.
Salah seorang guru di Pondok Pesantren Darul Hadits, Abu Abdil
Halim dikonfirmasi dari Bukittinggi, Rabu, bahwa pesantrennya hanya
mengajarkan santri menghafal Alquran.
"Tidak ada kaitan dengan terorisme. Ditemukannya foto yang
berhubungan dengan ISIS dan menjadi alasan pendeportasian itu karena
ketidaksengajaan kiriman karena bergabung di media sosial sehingga
tersimpan otomatis di telepon genggam," kata Abdu Abdil.
Ia menerangkan delapan orang itu berangkat ke Singapuran untuk
keperluan pengobatan salah seorang guru berinisial REH (36) dan
keperluan memperdalam pendidikan agama.
Kepala Kepolisian Sektor Tilatang Kamang AKP Ali Umar mengaku telah
meminta keterangan pondok pesantrren ini setelah menerima informasi
pendeportasian itu.
"Informasi sementara tidak ada kaitan dengan terorisme. Adanya foto
terkait teroris itu kemungkinan karena ketidaksengajaan dari bergabung
di media sosial," katanya.
Ia menyebutkan lima guru lainnya yang dideportasi itu berinisial
AA(27) asal Batusangkar, IO(26) asal Solok, AS(24) asal Matur, Agam,
S(27) asal Batusangkar, H(28) asal Balingka, Agam serta dua orang santri
H(20) asal Balingka dan F(17) asal Ampek Angkek, Agam.
"Saat ini delapan orang tersebut sudah berada di Batam, Kepulauan
Riau, setelah sebelumnya dideportasi ke Malaysia dari Singapura, lalu
dari Malaysia ke Batam," kata Ali Umar.
Ia mengaku belum menerima informasi kapan delapan orang dari pondok pesantren di Agam itu akan dipulangkan.
"Segera setelah kembali ke Agam, kami tentu juga akan menggali informasi lebih lanjut kepada delapan orang itu," kata Ali.
Deportasi Malaysia, Ponpes Darul hadits bantah terkait terorisme
Rabu, 11 Januari 2017 21:43 WIB