Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Kesehatan Benjamin Paulus mengatakan, salah satu indikator majunya sebuah negara adalah penanganan kasus tuberkulosisnya, sehingga dia berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat secara masif guna menemukan dan menangani lebih banyak kasus tuberkulosis (TBC).
"Saya maunya tahun depan, saya di sini, saya kerja lebih maksimal lagi membantu. Kalau bisa ketemunya 1,5 juta. Lho kok bisa? Tidak apa-apa. Karena selama kuman itu ada, dia nularin terus," katanya dalam temu media di Jakarta, Jumat.
Adapun notifikasi kasus TBC di Indonesia pada 2025 baru mencapai 55 persen dari target sebesar 1.090.000 kasus. Namun demikian, kata Benjamin, kepatuhan pengobatan sudah di atas 85 persen, sehingga yang perlu digalakkan adalah edukasi.
Dia menjelaskan bahwa TBC adalah penyakit menular yang juga dapat menyerang beragam organ, mulai dari mata, payudara, tulang, otak, kulit, hingga ginjal. Oleh karena itu, eliminasi penyakit tersebut menjadi prioritas pemerintah.
Selain itu, pengobatan TBC juga semakin berkembang. Dahulu, ujarnya, butuh waktu 24 bulan untuk mengobati TBC resisten obat. Namun berkat kemajuan ilmu kedokteran, pengobatan semakin singkat, sehingga waktunya bisa dikurangi, dan kini hanya butuh enam bulan.
Saat ini pihaknya tengah berkolaborasi dengan dokter spesialis paru Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI dr. Erlina Burhan untuk membuat regimen pengobatan yang lebih baik, agar pengobatan TBC bisa diselesaikan dalam tiga atau empat bulan saja.
"Jadi biar orang tidak terlalu lama minum obatnya. Karena terlalu lama, orang males terus dia stop," kata Benjamin.
Dia juga menilai bahwa TBC adalah kasus yang perlu diselesaikan secara menyeluruh, karena menyangkut berbagai aspek, seperti isu sosial dan ekonomi, sehingga pihak lain perlu diedukasi dan diajak bekerja sama dalam penyelesaiannya.
Dia mencontohkan bahwa kerja sama seperti itu perlu dilakukan dengan Kementerian Ketenagakerjaan untuk memberitahu perusahaan tentang pengobatan TBC sensitif obat agar memahami proses penyembuhannya.
Benjamin menyebutkan butuh waktu 2 minggu hingga sebulan untuk mengobati pasien TBC sensitif obat. Menurutnya, butuh peran dari Kementerian Ketenagakerjaan untuk memberitahu perusahaan tentang hal ini, agar tidak langsung memecat orang yang terkena penyakit itu.
Pihaknya akan memasifkan edukasi publik dengan menggandeng berbagai kementerian dan lembaga.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wamenkes: Penanganan kasus TBC indikator majunya sebuah negara
