Kabupaten Bone Bolango (ANTARA) - Komunitas Rangkul Asa menyelenggarakan kegiatan pengenalan inklusi untuk siswa Sekolah Dasar Negeri 7 Tapa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo melalui program inovatif Sapa Inklusi bertajuk mengenal Inklusi sejak dini.
Founder Rangkul Asa Yusrilsyah Limbanadi di Gorontalo, Senin mengatakan kegiatan itu tak hanya menjadi kegiatan edukatif biasa, melainkan tonggak penting yang diharapkan membuka jalan bagi sekolah-sekolah lain di seluruh provinsi.
"Kegiatan Sapa Inklusi diawali dengan sesi sosialisasi yang diikuti oleh 120 siswa kelas 1 sampai 6," ucap dia.
Ia menjelaskan, para siswa diperkenalkan konsep dasar disabilitas dan inklusivitas, serta cara berinteraksi yang tepat, mulai dari penggunaan bahasa isyarat dasar seperti terima kasih, guru, maaf, hingga cara melakukan perkenalan inklusi bagi disabilitas netra.
"Mereka juga diajarkan memahami pentingnya merangkul dan menyikapi perbedaan," kata dia.
Puncak dari kegiatan ini adalah gim inklusi, sebuah metode pengajaran yang dikemas dalam bentuk permainan yang asyik dan adaptif. Terdapat 58 siswa kelas 4, 5, dan 6 yang dibagi menjadi enam pasukan dan harus melalui tiga ruang tantangan, ruang tuli, ruang netra, dan ruang daksa.
Dalam ruang tuli, anak-anak merasakan dunia tuli, di mana mulut mereka ditutup dan komunikasi harus dilakukan melalui isyarat. Sementara di ruang daksa, mereka belajar menjadi disabilitas fisik dengan mengambil bintang menggunakan sedotan tanpa bantuan tangan.
Ruang terakhir, ruang netra, mengajarkan kepekaan dan pendampingan, di mana satu anak ditutup matanya dan harus dipandu oleh teman sepasukan untuk mencari bintang di taman bermain sekolah.
Setiap tantangan dirancang untuk menumbuhkan empati dan pemahaman yang mendalam tentang perasaan dan budaya penyandang disabilitas.
"Kami berharap, kegiatan ini bisa menjamah seluruh sekolah tingkat awal di Provinsi Gorontalo serta mendapatkan dukungan dari banyak pihak, baik lembaga pendidikan maupun pemerintah daerah," harap dia.
Kepala Sekolah SD Negeri 7 Tapa Tety Kurniati Peasu berharap peserta didik bisa memahami materi yang disampaikan dan bisa dipraktikkan dalam kehidupan bersama anak disabilitas.
