Yogyakarta (ANTARA GORONTALO) - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Arcandra Tahar mengatakan program pembangunan pembangkit listrik 35.000
megawatt tetap berjalan, namun kemungkinan besar hanya bisa terealisasi
19.000-20.000 megawatt pada 2019.
"19.000-20.000 MW pada 2019 merupakan target yang paling masuk
akal," kata Arcandra dalam diskusi "Mewujudkan Keselarasan RUEN dan RUED
Dalam Rangka Mencapai Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional" di
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa.
Menurut Arcandra, perkiraan capaian 19.000-20.000 MW pada 2019
disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi saat ini yang masih di
kisaran 5,1-5,2 persen. Sementara target 35.000 MW pada 2019 berpijak
pada asumsi pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 7-8 persen
pada 2019. "Pembangunan pembangkit listrik memang harus menyesuaikan
pertumbuhan ekonomi. Kalau kita bangun tetapi tidak ada yang memakai
bagimana?," kata dia.
Meski demikian, ia memastikan sisa capaian target 35.000 MW akan
terus dikejar pada tahun-tahun berikutnya untuk mendukung Rencana Umum
Energi Nasional (RUEN) yang menetapkan target kapasitas pembangkit
listrik nasional 430.000 MW pada 2050. "Sisanya akan diselesaikan dengan
waktu yang berjalan," kata dia.
Menuru Arcandra, total kapasitas listrik terpasang di Indonesia saat
ini mencapai 51.000 MW, sehingga dengan penambahan 19.000-20.000 MW
pada 2019 total kapasitas listrik akan mencapai 70.000-75.000 MW.
"Meskipun reserve margin (cadangan) listrik masing-masing wilayah berbeda-beda tetapi kita cukup dengan 70-75 MW pada 2019," kata dia.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tumiran mengatakan meski target
35.000 MW sulit tercapai pada 2019, namun angka target itu tidak boleh
berkurang agar rata-rata konsumsi listrik per kapita di Indonesia pada
2025 bisa mencapai sekitar 2.500 kwh per tahun sesuai RUEN. "Kalau
penyelesaiannya mundur apa boleh buat tetapi program 35.000 MW tidak
boleh berkurang," kata Tumiran.
Arcandra pastikan program 35.000 MW tetap jalan
Selasa, 25 April 2017 16:49 WIB