Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Kapan kali terakhir Anda terjangkit virus hedonisme? Jawaban
bisik sana bisik sini, bila Anda memberi tepuk tangan setelah membaca
teks bertitel "Juan Mata dirampas Manchester United dari Chelsea".
Seseorang
atau sekelompok orang mengidap hedonisme bila mengijinkan "yang baik"
dengan "yang menyenangkan" berjodoh di laga kehidupan, beraksi di ajang
Premier League.
Diam-diam, Jose Mourinho menyamakan antara "yang
baik" dengan "yang menyenangkan" ketika merelakan mantan gelandang
serang Chelsea itu justru melakukan desersi ke kubu Old Trafford.
Tunggu
saja, siulan dan cemooh dari fans The Blues manakala Mata menggiring
bola dengan mengenakan kostum skuad Setan Merah. Mengapa?
Fans
setia Chelsea berpedoman bahwa jika yang baik dan yang menyenangkan sama
artinya, maka mustahil untuk menyatakan bahwa sesuatu itu baik tetapi
justru tidak menyenangkan. Apakah yang menyenangkan itu senantiasa baik?
Apakah
kepindahan Mata dengan nilai kontrak 4,5 juta pound atau sekitar Rp745
miliar, memang baik dan menyenangkan? Baik untuk siapa? Menyenangkan
untuk siapa?
Kalau yang baik disamakan dengan yang menyenangkan,
maka kata baik hampir tidak dapat didefinisikan, karena kata baik tidak
dapat dicarikan dan ditemukan intipatinya lagi. Lantas bagaimana harus
bersikap? Hijrahnya Mata dari Chelsea hendaknya dilihat dengan kacamata
skeptis saja.
Ya, bersikaplah skeptis ketika seseorang atau
sekelompok orang coba-coba menyamakan yang baik dengan yang
menyenangkan, ketika mereka menempuh laga kehidupan dengan memercayai
hedonisme dengan sepenuh hati dan seonggok pembenaran.
Bermodal
sikap skeptis itulah, tercetus pertanyaan apakah biang kerok kepindahan
Mata justru karena perilaku Mourinho yang cenderung haus kekuasaan?
Silakan
mencermati rincian seputar apa yang dilakukan dan dikatakan The Special
One. "Ada banyak hal yang harus diputuskan oleh seorang manajer, dan
bagi saya itu merupakan keputusan yang sulit. Saya masih sangat berharap
dia berada dan bertahan dalam skuad," kata Mourinho.
"Menjadi
pemain dalam situasi seperti ini sungguh sulit. Ia (Mata) selayaknya
mengetahui bahwa Chelsea tetap membuka pintu bagi dia (untuk tampil
bermain secara reguler di tim utama)," katanya sebagaimana dikutip dari
BBC.
"Saya ingin semua orang senang. Maafkan saya karena saya
tidak mampu menyenangkan setiap orang dalam skuad ini. Saya sedih dengan
peristiwa ini...," kata pelatih asal Portugal ini.
Mourinho
rancak menyusun logika pernyataan. Sebagai seorang pemimpin, ia meminta
pemaafan kepada semua orang dengan menyebut tidak mampu menyenangkan
keinginan banyak orang.
Pelatih asal Portugal itu menyatakan ia
merasa prihatin bercampur harap dengan kepindahan Mata. Mou masih
berharap kepada Mata agar bersedia membuka pintu hati untuk bersedia
tampil membela The Blues secara reguler.
Nah, ciri-ciri dari
mereka yang suka mempraktekkan hedonisme yakni mengalimatkan
pernyataan-pernyataannya dengan mengatasnamakan kepentingan khalayak,
padahal tersembunyi asa kekuasaan karena "ada udang di baik batu".
Apakah
langkah Mourinho itu benar-benar bertujuan mendongkrak popularitas
Chelsea? Sudah merupakan rahasia umum, bahwa perkataan yang dilontarkan
Mourinho ketika menangani klub manapun merupakan titah hukum dan wajib
diamini oleh para punggawa yang ia besut.
Selain berjuluk "The
Special One", Mourinho bergelar "The untouchable one", salah satunya
merujuk kepada fakta kepindahan Mata ke Manchester United.
Untuk
membaca langkah Mourinho ketika menggarap Chelsea, pertanyaan kuncinya
bukan "apakah itu memang benar" melainkan pertanyaannya, "itu apa
artinya".
Untuk menelanjangi apakah seseorang atau sekelompok
orang berperilaku hedonistis, silakan mencermati dan menganalisa
fakta-fakta.
Yang dapat bersifat benar atau salah adalah
pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan fakta-fakta, bahwa Chelsea
telah menjual salah satu pemain terbaik Eropa, bahwa pembelian
Manchester United yang disebut-sebut termahal dalam perjalanan sejarah
klub memang sungguh tepat dan berdayaguna.
Fakta juga bahwa
Mourinho tahu persis bahwa Mata tidak lagi nyekrup dengan gaya Chelsea
yang makin mengedepankan tempo permainan menekan lawan di lapangan. Mou
ingin setiap anak asuhannya punya kekuatan dan kecepatan ekstra.
Ini
yang menjadi salah satu penyebab pemain asal Spanyol itu lebih banyak
duduk di bangku cadangan. Pemain berusia 25 tahun itu dibiarkan sendiri
sepi tidak diturunkan dalam "starting XI" Chelsea.
Buntutnya,
Mata frustrasi. Dan fans sejati The Blues berbondong-bondong berempati
dengan keadaan Mata. "Mata adalah orang pilihan David Moyes," kata
pengamat bola Nevin kepada BBC Sport. "Jika anda mengamati pemain mana
yang bersedia bekerja bersama dengan Moyes, maka ia (Mata) adalah salah
satunya," katanya juga.
Ketika berbicara mengenai hedonisme, maka
bahasa melukiskan realitas. Dengan mendatangkan Mata, apakah Moyes
menyamakan yang baik dengan yang menyenangkan?
Kedatangan Mata
jelas-jelas bertujuan memantik prestasi Manchester United, di tengah
badai cedera yang sedang menerpa dua striker andalan, yakni Robin van
Persie dan Wayne Rooney. Kuartet penyerang, yakni Mata, Rooney, Van
Persie, dan Adnan Januzaj memunculkan prospek cerah. Ini hedonisme yang
ditempuh dan dijalani Moyes.
Mantan pelatih Everton itu mendapati
bahwa United tengah menjalani masa paceklik gol. Sampai tengah musim
kompetisi Premier League, kini mereka rata-rata hanya mampu mencetak
1,64 gol, padahal musim lalu 2,26 gol.
Catatan statistik Mata
semasa membela Chelsea demikian menjanjikan. Ia mampu menciptakan
peluang setiap 28 menit dalam dua musim lalu di ajang Premier League.
Inilah hedonisme yang ditempuh Moyes, agar United tidak terlalu
mengandalkan Van Persie dan Rooney. Yang baik dan yang menjanjikan di
mata pelatih berkebangsaan Skotlandia itu, adalah merekrut Mata.
Langkah
Moyes tidak tanpa kritik. Berbekal skeptisisme, manajer Arsene Wenger
mempertanyakan "fairness" jendela transfer ketika Chelsea menjual Mata
ke Manchester United.
Boleh jadi manajer asal Prancis itu terus
berhitung dengan kalkulasi njlimet. Boleh jadi juga, Wenger berharap
Mata dapat dipinang The Gunners. Rapor produktivitas Mata di Chelsea
menjadi nilai tambah.
Bermain dalam 17 pertandingan, Mata mampu
mencetak satu gol selama musim 2013/14. Musim 2012/13, ia turun dalam 64
pertandingan, dan melesakkan 19 gol. Musim 2011/12, Mata mengemas 12
gol dalam 54 laga yang ia jalani.
Hedonisme versus skeptisisme,
artinya jangan pernah percaya omongan mereka yang sedang berayun dengan
kekuasaan. Yang perlu dilakukan, verifikasi dengan memeriksa dan
menentukan makna suatu ucapan, bukan benar atau salahnya pernyataan.
Anda
dapat turut berucap bersama pujangga Latin klasik, bahwa "veritatis
simplex oratio est" (bahasa kebenaran itu sederhana saja, tanpa tedeng
alibi apapun).
(A024)
Juan Mata dan hedonisme
Senin, 27 Januari 2014 19:10 WIB