Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Deputi IV Staf Kepresidenan Eko Sulistyo
mengatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan transformasi
pembangunan dengan banyak melakukan kunjungan ke daerah perbatasan.
"Presiden Jokowi tengah melakukan transformasi besar khususnya dalam
kebijakan pembangunan. Presiden Jokowi tidak melihat Indonesia hanya
fokus pembangunan di Jawa , tapi visi pembangunannya lebih diperluas,
yakni dengan visi Indonesia-sentris," ujar Eko di Jakarta, Rabu.
Eko menjelaskan dengan melakukan pembangunan di daerah perbatasan,
maka diharapkan daerah perbatasan tak kalah dibandingkan negara
tetangga.
" Ini perubahan besar dan penting. Sekarang sudah ada jalan Trans
Papua, Pasar Mama-Mama, Dry Port dan sebagainya. Presiden bahkan bisa
setahun empat kali berkunjung ke Papua. Tentu bukan dalam rangka
tamasya, atau dalam rangka plesir, Presiden Jokowi ini memang punya
kebiasaan untuk memonitor langsung pekerjaan-pekerjaan di lapangan,"
kata Eko.
Dalam buku yang ditulisnya berjudul "Joko Waw", model kepemimpinan
ini yang dikupas oleh Eko. Karakter seorang Presiden Jokowi yang selalu
ingin melihat langsung proses pembangunan di lapangan, dengan didampingi
langsung oleh menteri.
"Beliau kemudian memastikan berapa bulan bisa selesai, lalu
dicatatnya, nanti kemudian datang lagi untuk memastikan selesainya
pengerjaan," jelas dia.
Eko pun punya cerita menarik, yaitu kisah Jokowi menunggangi motor
"trail" di Papua. Menurut dia, Presiden Jokowi bisa saja menggunakan
helikopter untuk melihat dari atas jalan Trans Papua. Namun Jokowi lebih
memilih naik motor "trail" untuk mengecek secara pasti, apakah masih
ada jalan berlubang di Trans Papua atau tidak.
Selain ke Papua, Presiden juga kerap mengunjungi daerah perbatasan
lain. Eko mengatakan, hal itu dilakukan Jokowi untuk memastikan
pemerintah dan negara hadir di wilayah terpencil dan perbatasan.
Pemerintah menemukan fakta, warga Indonesia yang tinggal di perbatasan
ternyata bercita-cita ingin menjadi warga negara Malaysia supaya
memiliki akses pendidikan dan fasilitas sosial yang memadai.
Hal ini mengakibatkan warga-warga di perbatasan mengalami krisis identitas.
"Secara fisik mereka jadi WNI. Tapi secara mental tidak lagi
Indonesia, bahkan patok-patok perbatasan itu warga yang menggeser, bukan
pemerintah Malaysia. Presiden melihat itu, lalu dia datang mengunjungi,
selain untuk melihat progres pengerjaan pembangunan, juga ingin
memberikan pengaruh kekuasaan disana," ujar Eko lagi.
Lebih jauh Eko menegaskan bahwa visi Nawacita adalah membuat seluruh warga Indonesia merasakan kehadiran negara.
Staf Kepresidenan: Jokowi lakukan transformasi pembangunan
Kamis, 3 Agustus 2017 8:40 WIB