Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jazuli
Juwaini, menanggapi hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting
(SMRC) yang menyebut isu kebangkitan PKI sebagai hasil mobilisasi opini
kekuatan politik tertentu, terutama pendukung Prabowo, yakni mesin
politik PKS dan Partai Gerindra.
"Masalah PKI ini adalah masalah bangsa dan masalah kita bersama,
maka harus menjadi perhatian kita bersama," ujar Juwaini, melalui pesan
singkat, di Jakarta, Minggu.
Isu PKI, kata dia, masalah bersama, bahkan presiden pun turut mengeluarkan amanat agar PKI tidak bangkit kembali.
"Pak presiden nonton film G-30S/PKI, terus amanat pak presiden
jangan sampai PKI bangkit lagi dan tragedi G-30S/PKI jangan sampai
terulang. Memang Pak Jokowi (itu) PKS atau (Partai) Gerindra ?," kata
dia.
Lembaga penelitian SMRC mengumumkan hasil survei terhadap 1.057 responden melalui wawancara tatap muka, dengan margin error 3,1 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurut SMRC, 86,8 persen responden atau hampir semua warga tidak
setuju bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI di Tanah Air.
Warga yang menyatakan setuju bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI hanya 12,6 persen responden.
Sedangkan yang yakin kebangkitan PKI telah mengancam negara hanya sekitar lima persen dari populasi dewasa nasional.
Sejalan
dengan itu, warga yang setuju dengan opini bahwa Jokowi adalah orang
atau terkait dengan PKI hanya sebesar 5,1 persen. Sementara yang tak
setuju 75,1 persen.
SMRC mencermati opini masyarakat tentang isu kebangkitan PKI
cukup beririsan dengan pendukung Prabowo, dan dengan beberapa pendukung
partai politik, terutama PKS dan Gerindra.
Selain itu, opini tentang kebangkitan PKI cenderung lebih banyak di
kalangan muda, perkotaan, terpelajar, dan sejumlah daerah tertentu,
terutama Banten, Sumatera, dan Jawa Barat.
Semua demografi ini beririsan dengan pendukung Prabowo. Harusnya
yang lebih tahu bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI lebih
banyak di kalangan warga yang lebih senior sebab mereka lebih dekat
masanya dengan masa PKI hadir di pentas politik nasional (1945-1966)
dibanding warga yang lebih junior (produk masa reformasi).
Menurut SMRC, ini menunjukkan opini kebangkitan PKI di
masyarakat tidak terjadi secara alamiah, melainkan hasil mobilisasi
opini kekuatan politik tertentu, terutama pendukung Prabowo, mesin
politik PKS dan Gerindra.
Bila keyakinan kebangkitan PKI itu
alamiah maka keyakinan itu akan ditemukan secara proporsional di
pendukung Prabowo maupun Jokowi, di PKS, Gerinda, dan partai-partai lain
juga.
Gejala hasil mobilisasi itu juga terlihat pada warga yang cenderung punya akses ke media massa, terutama media sosial.
Di bagian lain, secara politik, isu kebangkitan PKI tidak penting karena tak dirasakan adanya oleh hampir semua warga.
Isu
kebangkitan PKI yang ditujukan untuk memperlemah dukungan rakyat pada
Jokowi, menurut SMRC, bukan pilihan isu stategis yang berpengaruh.
Politisi PKS tanggapi hasil survei SMRC
Minggu, 1 Oktober 2017 20:48 WIB