Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Otoritas Jasa Keuangan mengatakan industri
perbankan, termasuk bank-bank besar penguasa pasar, sudah mulai
menurunkan bunga kreditnya untuk seluruh segmen, dan perlahan akan
mendorong ke arah rezim bunga rendah.
Ketua Dewan Komisioner OJK
Wimboh Santoso di Jakarta, Kamis, mengatakan pihaknya terus mengawasi
pergerakkan suku bunga dana dan kredit perbankan. Namun, diakuinya, bank
masih membutuhkan waktu agar suku bunga kredit dapat mendekati suku
bunga acuan Bank Indonesia (7-Day Reverse Repo Rate), atau suku bunga
untuk transaksi repo bertenor tujuh hari.
"Kami monitoring terus. Dan sudah mulai penurunan suku bunga
kredit namun masih perlu waktu untuk seperti besarnya penurunan suku
bunga dana dan suku bunga acuan," ujarnya usai Seminat Industri Keuangan
Syariah dan Pemerataan Perekonomian.
Wimboh mengatakan pihaknya sudah meminta agar perbankan segera merespon
penurunan suku bunga acuan BI yang sudah turun delapan kali sejak
Desember 2015 atau total sebesar dua persen. Namun, perbankan juga, kata
dia, memang harus mempertimbangkan ongkos operasional, risiko premium
dan cadangan likuiditas sebelum memangkas suku bunga kreditnya.
"Suku bunga itu repricing-nya setahun sekali dan ini pelan-pelan sudah turun," ujarnya.
Terkait usulan Menko Perekonomian Darmin Nasution agar OJK membuat benchmark
(acuan) suku bunga kredit untuk perbankan, Wimboh mengatakan hal yang
pertama harus dilakukan adalah mendorong transparansi perbankan dalam
menghitung komponen pembentuk biaya bunga kredit. Masing-masing
perbankan, kata dia, memiliki besaran komponen pembentuk biaya bunga
kredit yang berbeda.
"Jadi suku bunga kredit itu berapa, suku bunga depositonya berapa. Biaya operasi, premium risk berapa, dan juga ongkos regulasi kaya reserve requirment berapa. Ini harus ditransparasikan agar benchmark bunga kredit ini berapa yang tepat," ujar dia.
Di tempat terpisah, Bank Indonesia melihat saat ini secara rata-rata
perbankan telah menurunkan bunga kredit. Namun penurunannya memang tak
seagresif suku bunga acuan BI karena masih terbebani biaya operasional.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menuturkan biaya
operasional perbankan di Indonesia saat ini mencapai 2,7 persen-3,5
persen dari total pengeluaran perbankan. Maka dari itu, saat ini banyak
bank menghimpun dana dari penerbitan obligasi di pasar modal, agar tidak
kekurangan sumber pendanaan, dan biaya dana tidak membengkak.
"Carilah funding di pasar obligasi. Ini bisa menurunkan long term cost of fund perbankan," ujar Mirza beberapa hari lalu.
Menurut data Analisa Uang Beredar BI, rata-rata tertimbang suku bunga
kredit perbankan tercatat sebesar 11,68 persen per Agustus 2017 atau
turun lima basis poin (bps) dari bulan sebelumnya.
Bank mulai patuh turunkan bunga kredit
Kamis, 5 Oktober 2017 19:38 WIB