Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Presiden ketiga RI Bacharuddin Jusuf Habibie
mengagumi sosok mendiang Prof Sutan Muhammad Zain sebagai pelopor Bahasa
Indonesia.
Habibie menyampaikan apresiasinya terhadap Sutan
Muhammad Zain dalam peluncuran dua buku karya profesor tersebut yakni
"Kenangan Peralihan Masa" dan "Sriwijaya dan Kerajaan-kerajaan di
Sumatra Era Klasik" di Jakarta Selatan, Sabtu.
"Dia adalah pelopor dari Bahasa Indonesia, ujar Habibie saat memberi kata sambutan dalam acara tersebut.
Dia sempat bertemu dengan mendiang saat berkunjung ke tempat tinggal
Sutan Zairin Zain yang merupakan anak sulung dari Sutan Muhammad Zain.
Saat itu, Zairin Zain menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk
Jerman.
"Saya diundang oleh Zairin Zain untuk tinggal di rumahnya, di situ
ada almarhum (Sutan Muhammad Zain), beliau sedang mempersiapkan bukunya
tentang Sriwijaya," tuturnya.
Dia mengatakan publik dapat belajar dari kegigihan dan kerja keras
Sutan Muhammad Zain untuk bisa meningkatkan kualitas kehidupannya tanpa
bergantung pada orang lain.
Dia mengatakan Sutan Muhammad Zain banyak memberikan kontribusi pada
cikal bakal bahasa pemersatu bangsa yaitu bahasa Indonesia.
Selain itu, Habibie memandang Sutan Muhammad Zain sebagai pahlawan
atau pejuang yang juga berperan pada terwujudnya kemerdekaan RI lewat
karyanya mendidik bangsa.
"Tidak ada Sumpah Pemuda kalau tidak ada perjuangan mereka (para
pejuang termasuk Sutan Muhammad Zain). Tidak ada Proklamasi Kemerdekaan
RI tahun 1945 kalau tidak mereka ini," tegasnya
Karena untuk memproklamirkan diri sebagai suatu bangsa yakni Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Habibie mengatakan ada tiga kriteria yang
harus dipenuhi yaitu bahasa, nilai-nilai yang sama yang ditentukan oleh
sinergi positif antara agama dan budaya, serta keinginan politik yang
satu suara dari seluruh bangsa Indonesia untuk merdeka dari penjajahan.
"Kita memiliki dunia seperti dunia indonesia dan kita kehendaki
untuk meneruskan perjuangan dari nenek moyang kita seperti Kerajaan
Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit untuk meningkatkan kualitas kehidupan
atau peradaban," katanya.
Dia menuturkan masyarakat Indonesia masing-masing memiliki budaya
dan perilaku sendiri yang sangat pluralistik tapi dapat diikat menjadi
satu kesatuan oleh bahasa.
Dia mengatakan dengan bahasa Indonesia, masyarakat majemuk Indonesia
dapat saling berkomunikasi dan menulis berbagai tulisan seperti artikel
tentang politik, ilmu pengetahuan, rekonstruksi pesawat terbang dan
kedokteran.
"Bahasa itu yang memungkinkan kita walaupun pluralistik bisa memberikan informasi dan menerima informasi," ujarnya.
Dia menuturkan akan berusaha menyampaikan kepada Presiden Joko
Widodo di suatu kesempatan untuk menjadikan Sutan Muhammad Zain sebagai
sosok pahlawan nasional yang telah berjasa bagi bangsa Indonesia.
"Beliau ini yang memberikan batu-batu (dasar) supaya kita bisa berkembang," tuturnya.
Ketika Jepang menjajah di bumi Indonesia, Sutan Muhammad Zain mulai
menulis buku tentang gramatika bahasa Melayu. Buku inilah yang menjadi
dasar gramtika bahasa Indonesia yaitu buku "Djalan Bahasa Indonesia" dan
"Kamus Modern Bahasa Indonesia". Kedua buku tersebut hanya sebagian
kecil dari karya Sutan Muhammad Zain.
Setelah selesai menjadi Dekan di Universitas Nasional pada 1956,
Sutan Muhammad Zain menyusul anak sulungnya Zairin Zain di Jerman. Di
tempat itu, dia leluasa melakukan penelitian tentang Sriwijaya dengan
rinci.
Buku "Sriwijaya dan Kerajaan-kerajaan di Sumatra Era Klasik"
menampilkan pendapat bahwa Sriwijaya pernah mengalahkan dan menguasai
Semenanjung Malaysia, Thailand, Filipina, Sailan dan Jawa.
Wati Zain yang adalah cucu dari Sutan Muhammad Zain memandang
kakeknya itu sebagai sosok teladan tiada henti belajar dan mencintai
pengetahuan sepanjang hayat.
"Beliau banyak menulis dan menerbitkan buku khususnya tentang Bahasa Indonesia," ujarnya.
Dia berharap buku "Sriwijaya dan Kerajaan-kerajaan di Sumatra Era
Klasik" dapat menjadi bahan informasi untuk meneliti dan menggali lebih
dalam lagi terkait Kerajaan Sriwijaya di masa lalu.
"Harapan kami agar kedua karya ini ("Kenangan Peralihan Masa" dan
"Sriwijaya dan Kerajaan-kerajaan di Sumatra Era Klasik") dapat berguna
bagi pelajar, mahasiswa, dan pihak terkait lainnya," tuturnya.
Habibie: Sutan Muhammad Zain pelopor Bahasa Indonesia
Sabtu, 14 Oktober 2017 23:07 WIB