Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Pimpinan KPK akan mempertimbangkan mengenai
pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mengenai pelaku
penyerangan penyidik senior KPK Novel Baswedan kepada Presiden Joko
Widodo.
"Memang diusulkan adanya TGPF. Kami, karena yang menerima hanya 2
orang, Pak Laode tidak ada, yang pasti KPK (prinsipnya) collective
collegial, hasilnya pasti kami akan tanya pimpinan yang lain. Seandainya
pimpinan lain setuju, bisa saja KPK mengusulkan ke Presiden untuk
membentuk tim independen," kata Ketua KPK Agus Rahardjo dalam konferensi
pers di gedung KPK Jakarta, Selasa.
Pada hari ini, 2 orang pimpinan KPK yaitu Agus Rahardjo dan Basaria
Panjaitan bertemu dengan mantan pimpinan KPK dan tokoh masyarakat serta
pegiat anti-korupsi untuk membicarakan soal pengungkapan kasus
penyerangan terhadap Novel Baswedan.
Namun pertemuan itu tidak dihadiri lengkap 5 orang pimpinan KPK
karena meski berada di gedung KPK, Wakil Ketua KPK Laode M Syarief hanya
sebentar menghadiri pertemuan tersebut, sedangkan Komisioner KPK
Alexander Marwata berada di Belanda dan Saut Situmorang masih berada di
Purwokerto.
"Itu tadi nanti dibicarakan berlima karena belum kumpul, tadi yang
ada cuma 2 orang. Nanti berdasarkan prinsip collective collegial akan
kami diskusikan tapi kami optimistis melihat perkembangan. Mungkin saja
banyak pimpinan yang berubah sikap, kita tunggu saja, saya tidak bisa
mendahului pendapat dari pimpinan-pimpinan lain," tambah Agus.
Menurut Agus, KPK selama ini sudah memberikan kesempatan kepada Polri
untuk mengungkapkan kasus tersebut dan juga masih bekerja untuk
mengungkapkan kasus-kasus korupsi besar lain sehingga belum mengusulkan
TGPF ke Presiden.
"Yang perlu dipahami, pada waktu yang sama KPK menangani kasus-kasus
besar, jadi kami perhatiannya ke kasus itu. Sementara Presiden
menugaskan Polri. Tapi kalau teman-teman menilai sudah 200 hari, nanti
kita pikirkan lagi, tapi sebagaimana diketahui selama 200 hari ada
persoalan besar yang dihadapi KPK," ungkap Agus.
Pertemuan tersebut dihadiri antara lain mantan pimpinan KPK jilid III yaitu Abraham Samad, Busyro Muqoddas,
Bambang Widjojanto, mantan pimpinan KPK jilid II M Yasin, Sekjen
Transparansi Internasional Indonesia Dadang Trisasongko, peneliti LIPI
Mochtar Pabotinggi, jurnalis senior Najwa Shihab, Direktur Amnesti
Internasional di Indonesia Usman Hamid, Ketua Bidang Advokasi YLBHI
Muhammad Isnur, mantan Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban
Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda
Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak dan sejumlah tokoh lainnya.
Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang pengendara motor di
dekat rumahnyapada 11 April 2017 seusai sholat subuh di masjid Al-Ihsan
dekat rumahnya. Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus
menjalani perawatan di Singapore National Eye Centre (SNEC) sejak 12
April 2017.
Hingga hari ini yaitu pada hari ke-202 pasca penyerangan, pihak
kepolisian belum juga mengungkapkan pelaku kasus tersebut meski sudah
memeriksa banyak saksi, membuat sketsa terduga pelaku hingga menahan
sejumlah orang yang kemudian dilepaskan lagi.
Sketsa pelaku yang ditunjukkan Kapolri seusai bertemu dengan Presiden
Joko Widodo pada Senin (31/7) menunjukkan pelaku adalah pria dengan
ciri-ciri tingginya sekitar 167-170 cm, berkulit agak hitam, rambut
keriting dan badan cukup ramping.
Pimpinan KPK pertimbangan usulkan TGPF Novel ke Presiden
Selasa, 31 Oktober 2017 17:21 WIB