KTT ke-31 ASEAN, yang dihadiri pemimpin 10 negara ASEAN dan pemimpin negara mitra wicara ASEAN, berlangsung di Manila, Filipina, Senin.
Presiden Filipina itu menyerukan kepada negara anggota ASEAN dan mitra ASEAN untuk bertindak melawan terorisme yang merupakan ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan.
Filipina
baru saja merasakan langsung efek negatif dari aksi kelompok Maute,
gerombolan radikal kanan bersenjata terorganisasi yang digolongkan
sebagai kawanan teroris ini atas Marawi, di selatan Filipina. Tidak
mudah bagi militer negara itu untuk menanggulangi pendudukan Marawi oleh
Maute.
"Terorisme dan kekerasan ekstrimisme membahayakan perdamaian, stabilitas, dan keamanan kawasan kita, karena ancaman ini tidak mengenal batas. Pembajakan dan perampokan bersenjata telah mengganggu stabilitas pertumbuhan dan perdagangan regional dan global," ujar Duterte.
Duterte menyebutkan tentang pendudukan Marawi selama lima bulan oleh kelompok teroris yang terinspirasi ISIS dan berusaha untuk merebut kota berpenduduk mayoritas muslim itu.
Kelompok teroris di Marawi itu berupaya untuk membangun kubu di Filipina dan di kawasan Asia Tenggara.
Setelah aksi pemboman tanpa henti oleh tentara Filipina, pendudukan Marawi oleh kelompok teroris berakhir pada 23 Oktober lalu. Namun, hal itu mengakibatkan sekitar 1.000 orang tewas, kebanyakan teroris dan ratusan ribu orang mengungsi.
Aksi terorisme di Marawi juga telah membuat kota yang merupakan salah satu pusat kepercayaan Islam di Mindanao itu berubah menjadi reruntuhan.
Sementara itu, pemerintah Indonesia dan beberapa negara lain telah menyatakan kesiapan untuk mendukung pemerintah Filipina untuk membangun kembali Kota Marawi.
Menanggapi hal itu, Duterte mengucapkan terima kasih kepada negara-negara yang memberikan bantuan kepada Filipina yang berusaha untuk mengakhiri krisis Marawi.
"Kita sekarang dalam proses membantu masyarakat (Marawi) untuk kembali bangkit dan meraih kembali kehidupan mereka," ucap Duterte.
"Terorisme dan kekerasan ekstrimisme membahayakan perdamaian, stabilitas, dan keamanan kawasan kita, karena ancaman ini tidak mengenal batas. Pembajakan dan perampokan bersenjata telah mengganggu stabilitas pertumbuhan dan perdagangan regional dan global," ujar Duterte.
Duterte menyebutkan tentang pendudukan Marawi selama lima bulan oleh kelompok teroris yang terinspirasi ISIS dan berusaha untuk merebut kota berpenduduk mayoritas muslim itu.
Kelompok teroris di Marawi itu berupaya untuk membangun kubu di Filipina dan di kawasan Asia Tenggara.
Setelah aksi pemboman tanpa henti oleh tentara Filipina, pendudukan Marawi oleh kelompok teroris berakhir pada 23 Oktober lalu. Namun, hal itu mengakibatkan sekitar 1.000 orang tewas, kebanyakan teroris dan ratusan ribu orang mengungsi.
Aksi terorisme di Marawi juga telah membuat kota yang merupakan salah satu pusat kepercayaan Islam di Mindanao itu berubah menjadi reruntuhan.
Sementara itu, pemerintah Indonesia dan beberapa negara lain telah menyatakan kesiapan untuk mendukung pemerintah Filipina untuk membangun kembali Kota Marawi.
Menanggapi hal itu, Duterte mengucapkan terima kasih kepada negara-negara yang memberikan bantuan kepada Filipina yang berusaha untuk mengakhiri krisis Marawi.
"Kita sekarang dalam proses membantu masyarakat (Marawi) untuk kembali bangkit dan meraih kembali kehidupan mereka," ucap Duterte.