Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Bank Indonesia meyakini laju inflasi sepanjang
2017 akan sebesar 3 - 3,5 persen (year on year/yoy) atau dalam kisaran
bawah sasaran inflasi tahunan Bank Sentral sebesar 3-5 persen (yoy),
Gubernur BI Agus Martowardojo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis
malam, mengatakan pergerakan inflasi yang semakin menurun, karena
rendahnya inflasi inti (core inflation), rendahnya tekanan dari barang
impor dan juga permintaan domestik.
"Hingga akhir 2017 inflasi diperkirakan akan tetap rendah yaitu 3 - 3,5 persen," ujar Agus.
Pada 2016, inflasi tahunan berada di 3,02 persen (yoy).
Bank Sentral menilai sumber tekanan inflasi dari kelompok harga
komoditas pangan bergejolak (volatile food) akan terkendali hingga akhir
tahun. Penyebabnya pasokan barang yang terjaga, yang pada akhirnya
menjaga stabilitas harga.
Sedangkan untuk kelompok harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (administered prices) juga tetap terjaga.
Hingga Oktober 2017, inflasi bulanan sebesar 0,01 persen (month to
month/mtm) dan inflasi tahunan 3,58 persen (year on year/yoy).
Seharusnya laju inflasi yang rendah bisa mendukung pertumbuhan
konsumsi rumah tangga. Namun kenyataannya, pertumbuhan konsumsi rumah
tangga justru melambat.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan inflasi rendah memang
seharusnya bisa mendongkrak daya beli. Namun, pertumbuhan daya beli
tersebut akan sangat bergantung pada pemulihan pertumbuhan ekonomi.
"Pendapatan kan dihasilkan dari situ. Konsumsi memang ada beberapa
indikator. Sebetulnya pemulihan ekonomi berlanjut, perbaikan konsumsi
rumah tangga berlanjut, cuma memang belum merata," ujar dia.
Perbaikan konsumsi, ujar Perry, tercermin dari penjualan sepeda
motor kuartal ketiga 2017 yang tumbuh 18,1 persen, penjualan mobil
tumbuh 7,8 persen yang juga relatif lebih baik dibanding periode
sebelumnya, dan penjualan ritel yang masih tumbuh 5 - 6 persen.
BI yakin inflasi 2017 di rentang bawah
Jumat, 17 November 2017 15:08 WIB