Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang
Bank Indonesia (BI) Suhaedi mengatakan, sekitar 82 persen penduduk
Indonesia masih menggunakan uang tunai Rupiah.
"Uang Rupiah yang beredar saat ini mencapai Rp600 triliun melalui 45
kantor BI yang tersebar di Indonesia," kata Suhaedi pada Pelatihan
Wartawan Daerah 2017 yang digelar BI di Makassar, Senin.
Menurut dia, untuk membantu kelancaran peredaran uang rupiah di
lapangan, terdapat 107 bank kas titipan untuk membantu BI, sehingga
terdapat 152 titik distribusi pada 2017 untuk menjangkau 515
kabupaten/kota di Indonesia.
Dia mengatakan, pihaknya optimistis pada akhir 2017 semua daerah
sudah dapat terjangkau uang Rupiah, sehingga tidak lagi menggunakan mata
uang negara tetangga, khususnya di wilayah perbatasan antarnegara.
Hal ini terkait pula dengan upaya pihak BI dalam menyukseskan
program "BI Jangkau" yang kini tengah digencarkan, baik melalui bank
pemerintah maupun melalui kantor pegadaian dan kantor pos setempat.
"Ini agar semua sudah dapat uang rupiah emisi 2016, sehingga uang yang beredah tidak lusuh lagi," katanya.
Khusus di wilayah perbatasan antarnegara, lanjut dia, sudah ada lima
pos lintas batas negara, "money changer" dan Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) yakni di NTT, Papua, Kalimantan Barat dua unit dan menyusul dua
unit di NTT.
Sementara dari penduduk Indonesia yang 55 persen berada di Pulau
Jawa, diakui peredaran uang rupiah juga sekitar 58 - 60 persen juga
berada di Pulau Jawa.
"Uang Rupiah selain sebagai alat transaksi, juga adalah simbol
kedaulatan negara, sehingga uang rupiah harus digunakan oleh seluruh
masyarakat Indonesia di dalam negeri, tidak menggunakan mata uang negara
lain seperti yang masih ada ditemukan di wilayah perbatasan," katanya
sembari mengimbuhkan, karena jika menggunakan negara lain selain
melanggar hukum juga tidak mengindahkan kedaulatan negara.
82 persen penduduk masih gunakan uang tunai
Senin, 20 November 2017 19:04 WIB