Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta, Senin pagi, bergerak menguat sebesar 21 poin menjadi
Rp13.490 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.511 per dolar Amerika
Serikat (AS).
"Dolar AS masih berada dalam area pelemahan, sebagian investor
menanggapi negatif risalah pertemuan terakhir The Fed yang menunjukan
sikap dovish terhadap kebijakan moneternya," kata Analis Binaartha Sekuritas reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa pelaku pasar menilai potensi kenaikan suku
bunga Fed pada Desember memang cukup terbuka, namun kenaikan suku bunga
pada 2018 mendatang masih diragukan mengingat inflasi Amerika Serikat
masih cenderung mendatar.
"Kekhawatiran tentang inflasi Amerika Serikat mengisyaratkan kenaikan suku bunga pada 2018 tidak akan agresif," katanya.
Ia menambahkan bahwa pergerakan dolar AS yang cenderung melemah di
pasar global itu, memberikan kesempatan kepada rupiah untuk melanjutkan
apresiasinya.
"Apalagi, kondisi ekonomi nasional relatif cukup kondusif meski
dibayangi penerimaan negara yang masih di bawah target," katanya.
Kepala riset monex Investindo futures Ariston Tjendra menambahkan
bahwa perkembangan ekonomi di Eropa yang cukup positif turut
mempengaruhi pergerakan mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah. Data
iklim bisnis Jerman menunjukkan peningkatan dan mendorong kurs euro
terapresiasi.
"Tidak hanya di Jerman tapi juga di Perancis dan negara Euro secara keseluruhan," katanya.
Menurut dia, faktor dari Eropa serta belum adanya kepastian
reformasi pajak di AS, serta risalah The Fed yang dovish membuat dolar
AS cenderung mengalami pelemahan di pasar global.
Rupiah Senin pagi menguat 21 poin
Senin, 27 November 2017 11:51 WIB