Jakarta (ANTARA GORONTALO) - Analis pasar modal optimistis kinerja industri
pasar modal pada 2018 akan tetap tumbuh dibandingkan tahun sebelumnya
meski dibayangi risiko politik.
"Hingar-bingar politik di dalam negeri memang akan membuat investor
berhati-hati. Namun, kinerja pasar modal tetap akan tumbuh seiring
dengan ekonomi nasional," ujar Analis Binaartha Sekuritas Reza
Priyambada di Jakarta, Minggu.
Pada 2018, ia mengatakan bahwa terdapat pelaksanaan pemilihan
kepada daerah (Pilkada) secara serentak, serta manuver politik menjelang
pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Di tengah situasi itu, pergerakan
indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan
terkonsolidasi.
"Potensi IHSG naik cukup terbuka hingga semester pertama tahun
depan. Memasuki semester kedua akan konsolidasi karena dipengaruhi oleh
hingar bingar politik. Namun, biasanya hanya bersifat jangka pendek,
apalagi kalau semua asumsi berlangsung aman-aman saja," tuturnya.
Ia optimistis agenda politik itu akan berjalan kondusif sehingga
pertumbuhan ekonomi nasional dapat tumbuh sesuai target pemerintah
sekitar 5,4 persen.
"Pada pilkada sebelumnya, atau pemilu tahun 2004, 2009, dan 2014 lau, kinerja IHSG tetap positif," ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengatakan bahwa
situasi politik yang sedang terjadi di dalam negeri menjelang Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) serentak tidak memengaruhi industri pasar modal
domestik.
"Secara historis, kondisi politik dalam negeri tidak berdampak ke
pasar saham. Memang banyak yang bilang situasi politik akan mengganggu,
tapi tidak bagi pasar modal," ujarnya.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa salah satu yang perlu
diantisipasi di sektor keuangan pada tahun politik 2018, yakni potensi
penarikan dana dari sektor keuangan, termasuk pasar modal.
"Agenda itu berdekatan juga dengan pembayaran pajak, ini yang harus
diantisipasi. Tapi kalau sentimen politik, tidak akan pengaruh,"
katanya.
IHSG 2018 akan tumbuh meski dibayangi resiko politik
Minggu, 3 Desember 2017 17:56 WIB