Gorontalo, (Antaranews Gorontalo) - Pemilik usaha warung makan di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, mengeluhkan tingginya harga daging ayam ras di sejumlah pasar tradisional daerah itu.
"Harga setiap ekornya untuk berat 1,8 kg hingga 2 kg, naik dari Rp60 ribu menjadi Rp70 ribu," ujar Oyan Nafi, warga di Gorontalo Utara, Minggu.
Ia mengaku, sangat kesulitan membeli daging ayam yang harganya semakin tinggi itu, mengingat akan kesulitan menentukan harga jual.
"Jika harga modalnya terlalu tinggi dan ukurannya kecil, sangat sulit menentukan harga jual sebab pasti para pelanggan akan mengeluh dan enggan membeli nasi ayam lalapan dengan harga tinggi," ujar ibu muda itu.
Ia mengaku, selama ini menjual nasi ayam lalapan mengandalkan daging ayam ras yang dibeli di pasar tradisional.
Namun dalam dua hari terakhir, kenaikan harga daging ayam potong sangat tinggi.
Hal yang sama diungkap Yusni, salah satu pemilik usaha ayam geprek.
Ia mengaku, harga daging ayam yang mencapai Rp70 ribu/ekor, tergolong sangat mahal.
"Sementara ini, saya terpaksa beralih menu jualan sebab harga ayam pedaging sangat tinggi, dikhawatirkan akan mengalami kerugian jika tetap menjualnya," ujarnya.
Sementara itu, Oyis, salah satu pedagang daging ayam ras di pasar tradisional Molingkapoto, Kecamatan Kwandang mengaku, harga daging ayam itu mengalami kenaikan sejak Jumat (24/11).
Jika sebelumnya, harga modal pembelian di tingkat pedagang berada di kisaran Rp15 ribu-Rp17 ribu/ekor ukuran 1,8-2 kg, namun kini harganya naik di kisaran Rp28 ribu/kg.
Ia sendiri memilih tidak memasok banyak, sebab khawatir tidak laku terjual.?
"Biasanya saya menjual minimal 50 ekor per hari, kini hanya berani 20 ekor/hari," ujarnya.
Meski banyak permintaan konsumen, ia sengaja membatasi stok sebab harga daging ayam tergolong tinggi.
Ia memprediksi, kenaikan harga akan terjadi hingga jelang hari raya Natal, mengingat permintaan daging ayam juga tinggi dari luar Gorontalo.
Pemilik Warung Makan Keluhkan Tingginya Harga Ayam
Minggu, 25 November 2018 16:42 WIB