Jakarta
(ANTARA GORONTALO) - China tengah mengembangkan sistem jaringan internet yang
lebih aman dan lebih cepat dari Barat, lapor New Scientist dalam laman
resminya, Senin.
Pekan lalu, Proceedings of the Royal Society,
membedah rincian kemajuan yang dicapai China dalam menciptakan internet
generasi mendatang yang skalanya lebih luas dibandingkan yang
dikembangkan Barat.
Internet generasi mendatang
China ini berpijak pada jawaban terhadap dua kesenjangan besar dalam
"arsitektur internet", demikian laporan New England Complex Systems
Institute, pekan ini.
Kesenjangan pertama adalah ketakmampuan internet memblokir trafik web yang berbahaya. Saat malware
bisa dengan cepat meniru dan menyebarkan trafik berbahaya ini,
lembaga-lembaga hanya menanggapi agresi online itu dalam kerangka
individual.
Sebaliknya China justru telah mengembangkan pertahanan internet yang lebih baik.
Salah satu aspek terpenting dari backbone generasi mendatang adalah fitur keamanan yang namanya Source Address Validation Architecture (SAVA).
Kebanyakan
masalah internet bertolak dari ketakmampuan mengontentikasi alamat IP
pada komputer yang mencoba terhubung ke jaringan. SAVA ternyata mampu
mengatasi kekurangan ini dengan mengimbuhkan titik-titik periksa (checkpoint) pada seluruh jaringan, dan titik-titik periksa ini mencipta database komputer terpercaya yang sejalan dengan alamat-alamat IP.
Akibatnya, paket-paket data akan diblokir jika komputer dan alamat IP tak cocok.
Steve Wolff, salah seorang pelopor awal internet, mengatakan SAVA seharusnya sudah diadopsi lebih luas lagi.
Kesenjangan kedua adalah habisnya slot internet. Dan standard penentuan ruang komputer yang umum berlaku sekarang --Internet Protocol Version Four (IPv4)-- menggunakan sistem penomoran yang hanya punya ruang di bawah 4,3 miliar.
Selama
bertahun-tahun para teknisi Internet mengembangkan standard baru
berjuluk IPv6 yang akan menaikkan jumlah slot internet sampai 80.000
triliun triliun kali.
Namun pengembangan IPv6
ini sangat lambat, padahal waktu terus mengejar dan slot-slot IPv4 di
banyak wilayah dunia akan habis tahun ini.
Tapi
China sejak lama sudah bersiap dengan soal ini, terutama karena
dorongan penduduk maha banyak yang semuanya menuntut koneksi internet.
"China memiliki backbone
nasional yang beroperasi di bawah IPv6 sebagai protokol jejaring asli.
Kita tak punya hal seperti ini di AS," kata Donald Riley, spesialis IT
pada Universitas Maryland yang mengetuai Chinese American Network
Symposium.
China telah mengoperasikan jejaring generasi baru, yakni ISP atau internet service provider 3TNet yang memungkinkan IPv6 melengkapi televisi-televisi sehingga televisi memiliki program-program streaming berdefinisi tinggi (HD).
Ini
juga menjadi basis untuk sistem yang mampu memonitor dan mengontrol
alur trafik internet sehingga, misalnya, bisa mendukung layanan medis
jarak jauh atau kursus biola jarak waktu nan seketika dalam format HD.
Semua itu berpotensi merengkuh lebih banyak orang, dengan kecepatan internet lebih tinggi dari yang ada sekarang.
"Jika
Anda berpikir soal masa depan internet, siapa pun yang mengeksplorasi
teritori ini dan duluan memetakannya, akan punya keunggulan mutlak,"
kata Riley seperti dikutip New Scientist.