Kendari (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Sulawesi Tenggara (Sultra) di Kendari, Senin, melakukan aksi unjukrasa di depan kampus dengan memblokir jalan dan membakar ban. Aksi unjuk rasa tersebut sebagai bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap tindakan aparat kepolisian yang mengakibatkan meninggalnya salah seorang mahasiswa Unas Jakarta, Maftuh Fauzi, yang menentang kenaikan harga bahan bakar (24/6). Akibatnya, arus lalulintas menjadi tersendat dan pengguna jalan tidak berani melintas di depan kampus. Dalam orasinya, koordinator lapangan, Asril Jaya mengatakan, pihak kepolisian harus mempertanggungjawabkan tindakan anggotanya yang mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang. Selain itu, lima orang mahasiswa yang dipaksa mengaku sebagai pelaku kejahatan tragedi di depan gedung DPR-RI pada 24 Juni lalu, serta penangkapan terhadap puluhan mahasiswa lainnya, juga harus dipertanggungjawabkan, katanya. "Kami sangat menyesalkan sikap aparat kepolisian yang selalu membenarkan tindakan kekerasan yang dilakukan untuk memaksa mahasiswa mengaku sebagai tersangka," ujarnya. Pihaknya mendesak agar Kapolri segera dicopot dari jabatannya karena meninggalnya salah seorang mahasiswa Unas dan mendesak pemerintah untuk mengusut tuntas pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Kampus Unas, Jakarta. "Kami meminta agar Polda Metro Jaya juga melepaskan saudara-saudara kami yang saat ini masih ditahan," ujarnya. Aksi blokir jalan dengan batu dan kayu serta ban mobil yang dibakar berlangsung aman dan aksi yang berlangsung selama empat jam tersebut menyebabkan proses belajar mengajar terhenti dan sebagian mahasiswa memilih pulang. Aparat kepolisian yang menjaga jalannya proses unjukrasa di Jalan S Parman Kendari, tampak sibuk mengalihkan kendaraan dari jalan utama ke jalan alternatif di belakang kampus dan jalur bay pass Teluk Kendari. Walaupun terjadi kepadatan kendaraan namun tidak mengakibatkan kemacetan yang berarti.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008