Yogyakarta (ANTARA) - Nilai-nilai perjuangan dari peristiwa Serbuan Kotabaru pada 7 Oktober 1945 diharapkan dapat diteruskan ke generasi muda pada zaman sekarang, khususnya semangat rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia.

“Para pejuang yang ikut ambil bagian dalam peristiwa Serbuan Kotabaru semuanya adalah generasi muda. Harapannya, semangat rela berkorban yang ditunjukkan para pemuda di zaman dulu bisa diteladani oleh generasi muda di zaman sekarang,” kata Ketua Dewan Harian Cabang Badan Penerus Pembudayaan Kejuangan 45 (DHC 45) Kota Yogyakarta Letkol (purn) Djamin di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, semangat rela berkorban yang ditunjukkan para pejuang saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangat tepat untuk dimiliki oleh generasi muda pada zaman sekarang guna menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

Sementara itu, peristiwa Serbuan Kotabaru berawal dari masih adanya tentara Jepang termasuk bendera Jepang di beberapa kantor atau titik di Kota Yogyakarta padahal Indonesia sudah menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Baca juga: Mengenal Istana Kepresidenan - Cerita revolusi dari Gedung Agung

Baca juga: Ratusan siswa SMP Yogyakarta ikuti jelajah sejarah


Pasukan Jepang yang ada di Yogyakarta juga masih memiliki perlengkapan persenjataan sehingga para pemuda melakukan berbagai upaya agar Jepang menyerahkan persenjataan yang masih dimiliki dengan cara perundingan.

Namun, pasukan Jepang tidak mau menyerahkan persenjataan dengan alasan belum menerima perintah dari atasan mereka di Magelang yaitu Jenderal Nakamura. Kondisi semakin memanas dan kemudian pecahlah peristiwa Serbuan Kotabaru tepatnya di markas Tentara Jepang.

Setelah melakukan perlawanan sengit, Jepang pun menyerah dan pasukan Indonesia melucuti persenjataan yang masih tersisa. Dalam peristiwa tersebut, sebanyak 21 pejuang Indonesia gugur. Beberapa nama pejuang kemudian diabadikan sebagai nama jalan di kawasan Kotabaru Yogyakarta.

Sementara itu, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Pemerintah Kota Yogyakarta Zenni Lingga mengatakan, pemerintah daerah akan memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan peringatan Serbuan Kotabaru yang digelar dalam bentuk upacara peringatan pada Senin (7/10) dan kegiatan ziarah ke sejumlah makam pahlawan.

“Pada tahun ini, ada tiga peringatan peristiwa perjuangan yang kami fasilitasi. Selain Serbuan Kotabaru, kami juga memberikan fasilitasi untuk peringatan Serangan Oemoem 1 Maret dan Yogya Kembali. Ketiga peristiwa bersejarah tersebut adalah peristiwa yang benar-benar terjadi di Yogyakarta,” kata Zenni.

Ia berharap, masyarakat bisa meneladani nilai-nilai kejuangan yang sudah ditunjukkan pejuang untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Khusus untuk peringatan peristiwa Serbuan Kotabaru, rutin digelar dengan kegiatan upacara yang dimulai sejak 1982. “Lokasinya adalah di bekas markas Tentara Jepang yang saat ini digunakan sebagai asrama Korem 072 Pamungkas,” katanya.

Pada peringatan Serbuan Kotabaru tahun ini, salah satu pelaku sejarah yang ikut terjun secara langsung melawan pasukan Jepang juga akan hadir, yaitu Sukijan yang saat ini sudah berusia 94 tahun. Pada masa tersebut, Sukijan tergabung dalam Tentara Rakyat Mataram.

“Kami tidak tahu ada berapa banyak pelaku sejarah Serbuan Kotabaru yang masih hidup karena tidak ada kelompok atau paguyuban yang khusus beranggotakan pelaku sejarah tersebut,” kata pengurus DHC 45 Sudjono.*

Baca juga: Wehrkreis: Peringatan Yogya Kembali momentum ingatkan persatuan

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019