Bandung (ANTARA) - Keuangan Sosial Islam memiliki peran ganda, sebagai bisnis dan juga sosial dan itulah mengapa keuangan sosial Islam sangat berperan besar meringankan di masa pandemi virus corona (COVID-19) saat ini.

“Keuangan sosial Islam bisa meringankan dampak COVID-19,” kata Director of Center for Islamic Business and Finance (CIBF) Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB), Oktofa Yudha Sudrajad PhD dalam webinar bertemakan “The Role of Islamic Social Finance in Easing The Impact of COVID-19”, Jumat.

Webinar tersebut menghadirkan sejumlah pembicara yakni Islamic Finance Expert, Ir Drs H Arson Aliludin SE DEA, Social Entrepreneurship Expert, Dr Harry Z Soeratin, Director of Rumah Amal Salman M Kamal Muzakki SSi, dan Islamic Sociall Finance Researcher, Taufik Faturohman PhD.

Oktofa menjelaskan, ada beberapa keuangan sosial Islam yang sebenarnya sudah lama dikenal masyarakat. Seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

Direktur Rumah Amal Salman, M Kamal Muzakki mengatakan, zakat tumbuh dan berkembang dari basis terkecil di masyarakat.

“Episentrum gerakan zakat adalah masjid dan pesantren. Salah satu tujuannya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan,” tutur dia.

Berdasarkan data Baznas, potensi zakat tahun 2019 di Indonesia diperkirakan mencapai Rp233,6 triliun.

Potensi tersebut berasal dari zakat pertanian Rp19,79 triliun, zakat uang Rp58,76 triliun, zakat peternakan Rp9,51 triliun, zakat perusahaan Rp6,71 triliun, dan zakat penghasilan Rp139,07 triliun.

Dari potensi yang besar tersebut, zakat yang berhasil dihimpun baru Rp9,6 triliun. Itu artinya potensi pengumpulan zakat masih besar.

“(Dana) zakat membantu masyarakat yang membutuhkan, terutama di masa pandemi seperti sekarang,” kata dia.

Berbagai program telah dilaksanakan untuk merespons pandemi COVID-19. Mulai dari penyemprotan disinfektan di tempat umum, bantuan pangan untuk kaum dhuafa, donasi pakan untuk satwa, hingga donasi Vent-I.

Saat ini Rumah Amal Salman bekerjasama dengan ITB dan Unpad berhasil menggalang dana sebesar Rp10 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk memproduksi Ventilator Indonesia (Vent-I) sebanyak 700 buah yang selanjutnya akan distribusikan ke rumah sakit.

Seorang enterpreneurship expert, Dr. Harry Z. Soeratin SE,Ak, MM.Acc, CA, EPC, CRGP mengatakan, ada sejumlah keunggulan keuangan sosial Islam di Indonesia.

Diantaranya, mengurangi kemiskinan bagi kaum Ibu atau perempuan dalam situasi COVID-19 dengan dana Ziswaf. Lembaga keuangan Islam dapat menjalankan berbagai aktivitas produktif baik langsung maupun tidak langsung dengan sikap kebajikan yang lentur, secara terstruktur dan terukur.

Keuangan sosial Islam juga memainkan perannya sebagai salah satu fungsi agent of asset distribution (agen distribusi asset dari yang punya kepada yang tidak punya) yang mampu memberdayakan ekonomi ummat khususnya kaum Ibu/perempuan.

“Hal ini pengalaman Muhammad Yunus dari Bangladesh. Selain itu, hal ini sekaligus dapat menciptakan hubungan harmonis ketahanan keluarga dalam situasi COVID-19,” tuturnya.

Dalam kegiatan bisnis keuangan sosial Islam dapat memberikan kontribusi dan perannya kepada masyarakat yang membutuhkan dukungan modal, dan melayani masyarakat yang ingin menitipkan dananya kepada lembaga keuangan Islam dengan konsep syariah dalam situasi COVID-19.



Baca juga: IsDB: Prioritas Indonesia pada keuangan Islam transformatif

Baca juga: Industri keuangan Islam Indonesia tumbuh pesat

Baca juga: Resistensi syariah dalam keuangan konvensional

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020