Surabaya (ANTARA) - Kalangan anggota DPRD Surabaya menilai penanganan virus corona jenis baru (COVID-19) di Jawa Timur tidak bergerak berdasarkan indikator terukur.

Anggota Komisi A Bidang Hukum dan Pemerintahan DPRD Kota Surabaya Syaifudin Zuhri, di Surabaya, Sabtu, mengatakan tidak adanya strategi komprehensif untuk penanganan COVID-19 di Jatim terbukti dengan adanya pengalihan mobil laboratorium polymerase chain reaction (PCR) pinjaman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dari Surabaya ke daerah lain yang angka kasus positif COVID-nya di bawah Surabaya.

"Surabaya sebagai ibukota dan kota terbesar adalah episentrum utama di Jawa Timur, baik dari sisi jumlah positif hingga tingkat penularan. Surabaya berada di posisi tertinggi semestinya menjadi prioritas," kata Syaifudin yang juga ketua Fraksi PDIP Surabaya ini.

Baca juga: Terkait mobil PCR, Gugus Tugas Jatim sebut ada miskomunikasi

Menurut dia, preseden dipindahnya mobil laboratorium PCR pinjaman BNPB dari Surabaya ke daerah lain menunjukkan Pemprov Jatim tidak mempunyai strategi yang cermat dan terukur.

Hal sama juga dikatakan Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Surabaya Anas Karno. Ia menjelaskan sudah beberapa kali Pemprov Jatim mengeluarkan pernyataan yang meneror warga seperti halnya Kota Surabaya bisa menjadi Wuhan Baru jika warganya tidak disiplin menerapkan protokol kesehatan.

"Pernyataan-pernyataan Pemprov Jatim yang seolah meneror warga Surabaya tidak diikuti dengan tindakan konkret di lapangan dengan memberi prioritas ke Surabaya. Jadi patut dipertanyakan apa motif para pejabat Pemprov Jatim dengan berbagai pernyataan yang tidak diikuti aksi dan strategi di lapangan," ujar Anas.

Baca juga: Gugus tugas Jatim jelaskan kronologis bantuan mobil laboratorium PCR

Ia menambahkan pada 22 Mei 2020, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah berkirim surat kepada Kepala BNPB Jawa Timur yang berisi meminta bantuan untuk perluasan tes swab dengan 2 unit Mobile Combat COVID-19.

"Logikanya, surat wali kota itu bisa menjadi landasan bagi kebijakan Pemprov Jatim untuk memprioritaskan Surabaya untuk pengoperasian mobil test PCR bantuan BNPB Pusat," katanya.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya menyesalkan dua mobil laboratorium PCR yang sedianya diperbantukan khusus untuk Kota Surabaya, ternyata dialihkan ke daerah lain oleh Gugus Tugas COVID-19 Jawa Timur. Padahal Risma mengaku sendiri yang mengajukan permohonan ke Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo.

Baca juga: Gugus Tugas Jatim: Surabaya catat penambahan kasus baru terbanyak

Koordinator Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi menyebut ada miskomunikasi terkait permohonan peminjaman mobil PCR yang terjadi di Surabaya.

Direktur Utama RSUD dr Soetomo ini menjelaskan sejak hari pertama (Rabu, 27/5), kedatangan mobil tersebut sengaja langsung ditempatkan di RS Universitas Airlangga sekaligus membantu permasalahan yang terjadi di "Institute of Tropical Disease" (ITD) Unair.

Kemudian Joni berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, yang kemudian diarahkan ke Asrama Haji Surabaya untuk dilakukan tes di sana.

Berikutnya, pada Kamis (28/5), mobil PCR ditempatkan di RSUD Sidoarjo serta RS Lapangan di Jalan Indrapura Surabaya. Sesuai jadwal, hari ketiga atau Jumat (29/5), dilakukan pemeriksaaan di RSUD Tulungagung serta RSUD Soegiri Lamongan.

"Miskomunikasi terjadi saat Bu Feni (sapaan Kadinkes Surabaya, Red) menugaskan stafnya, kalau tidak salah namanya Bu Deni. Tapi, tidak menyampaikan hari ini acaranya di Surabaya apa, sehingga mobil dikirim ke Lamongan dan Tulungagung yang memang juga sangat membutuhkan," ujarnya.

Baca juga: Nenek Kamtin, survivor tertua berusia 100 tahun, sembuh dari COVID-19










 

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020