Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak, dr Moh Syarofil Anam mengatakan pneumonia merupakan pembunuh nomor satu di antara penyakit-penyakit infeksi lainnya pada anak.

"Nomor duanya adalah diare. Jadi dua penyakit ini penyebab kematian nomor satu dan dua pada anak," katanya saat diskusi daring yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Cegahan pneumonia di sekolah, Kemendikbud terbitkan surat edaran

Bahkan, kata Anam, setiap jam terdapat 100 anak di dunia yang meninggal akibat pneumonia. Ironisnya, penyakit tersebut sering dilupakan. Berdasarkan data Unicef, satu dari enam anak yang meninggal diketahui penyebabnya karena pneumonia.

Pada dasarnya mencegah penyakit tersebut tergolong gampang, tetapi faktanya angka kematian selalu naik. Badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan setiap 39 detik ada anak yang meninggal karena pneumonia.

"Yang membuat kita lebih sedih mendengarnya adalah karena sebagian besar kematian itu dapat dicegah," ujarnya.

Sebagai contoh hanya mencuci tangan dengan sabun secara rutin, hal itu bisa menurunkan risiko pneumonia hingga 50 persen. Kemudian perlindungan diri bisa pula ditambah dengan menggunakan masker dan imunisasi lengkap.

Khusus di Indonesia, ujar dr Anam, pneumonia masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita. Sepanjang 2018 saja penyakit tersebut sudah membunuh 19 ribu balita di Tanah Air. "Bahkan, tiap jam pneumonia membunuh dua anak di Indonesia," katanya.

Baca juga: Pneumonia akibat virus corona, samakah seperti pneumonia biasa?

Berdasarkan studi yang dilakukan Johns Hopkins, pneumonia mengancam 11 juta nyawa balita, apalagi dengan kondisi COVID-19 saat ini dapat memperburuk penyakit tersebut. Oleh karena itu, ia mengingatkan setiap pihak terutama orang tua agar hati-hati terhadap ancaman penyakit tersebut.

Terkait penatalaksanaanya, tenaga kesehatan biasanya melakukan tiga hal, yaitu lindungi, cegah dan obati. Melindungi merujuk kepada pemberian air susu ibu eksklusif hingga enam bulan, makanan tambahan yang mengandung nutrisi tinggi setelah usia enam bulan.

Selanjutnya memberikan imunisasi lengkap termasuk campak atau imunisasi pneumonia. Kemudian, ketika anak terjangkit pneumonia, nutrisi tetap harus diberikan termasuk pemberian antibiotik sesuai indikasinya.

Baca juga: IDAI ajak warga kenali penyakit lupus pada anak sejak dini

Baca juga: Kemenkes : Anak kekurangan gizi rentan alami penyakit infeksi

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020