Jakarta (ANTARA) - Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ) Prof Dr Siti Musdah Mulia mengatakan bahwa dalam menyambut 75 tahun Indonesia merdeka sudah seharusnya setiap warga bangsa menggalang persatuan dan kesatuan nasional untuk mengikis cara pandang primordialisme serta politik identitas yang dapat mengarah kepada intoleransi dan radikalisme.

“Kita harus gembira menyongsong 75 tahun Indonesia merdeka. Tetapi kita juga harus waspada akan bahaya intoleransi, radikalisme dan terorisme yang mengancam di depan mata. Mari kita bersatu menggalang persatuan dan kesatuan untuk bersama-sama mengikis yang ada ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Pengamat sarankan Bawaslu mulai serius terhadap politik identitas

Menurutnya, pendidikan adalah cara yang tepat untuk mengikis paham primordialisme dan politik identitas yang mengarah pada intoleransi serta radikal terorisme. Ia menuturkan bahwa pendidikan, terutama di dalam keluarga sangat diperlukan untuk mengatasi hal ini.

“Mari kita mendidik anak-anak kita untuk bersikap toleran, bersikap terbuka dalam beragama dan lebih mementingkan aspek-aspek kemanusiaan. Karena kalau di dalam Islam, agama itu adalah rahmatan lil alamin, yang artinya agama harus membawa manfaat bukan saja untuk manusia tapi untuk seluruh alam semesta,” tuturnya.

Wanita kelahiran Bone Sulawesi Selatan ini berharap agar pemerintah dapat lebih tegas lagi dalam menegakkan hukum terhadap mereka-mereka yang melakukan upaya mengganggu dan membelokkan ideologi negara Pancasila yang disertai aksi kekerasan. Ia berharap agar pemerintah dan seluruh unsur masyarakat dapat bekerja sama untuk mengatasi hal ini.

“Jadi tidak bisa pemerintah kita biarkan bekerja sendirian, tetapi bersinergi dan berkolaborasi dengan masyarakat untuk membangun kekuatan bangsa yang lebih mengedepankan toleransi, mengedepankan sikap keterbukaan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila,” katanya.

Lebih lanjut, Musdah berpendapat bahwa anak muda harus menjadi garda utama dan terdepan dalam membangun toleransi karena anak muda adalah pemimpin masa depan.

Baca juga: Peneliti LIPI: Permasalahan Indonesia bukan radikalisme

Terkait upaya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang menggagas adanya gugus tugas pemuka agama untuk menghadapi paham radikal terorisme, Musdah menyampaikan apresiasinya.

Menurutnya dengan gugus tugas tersebut dapat memberi kejelasan kepada masyarakat tentang apa yang seharusnya dilakukan untuk menangkal paham-paham itu.

“Saya berharap seluruh ormas dan kelompok-kelompok keagamaan yang dilibatkan dapat bekerja optimal melawan narasi-narasi kelompok radikal. Mudah-mudahan ini menjadi momentum yang baik menyambut kemerdekaan ke-75 RI. Sehingga kita betul-betul menjadi bangsa yang jaya, maju dan sejahtera seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa kita,” ujarnya.

Baca juga: Pengamat: Politik identitas akan terus berlanjut di Pilkada 2020

Baca juga: ICRP: Jangan jadikan wabah COVID-19 bahan untuk menebar hoaks

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2020