Timika (ANTARA News) - Kalangan DPRD Mimika dan DPR Papua meminta dua kelompok warga yang bertikai di Kwamki Lama segera mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama tujuh hari dan mengakibatkan seorang warga meninggal dan puluhan lainnya luka-luka.

"Siapa yang melakukan perang akan ditangkap dan diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku di negara ini," kata anggota DPRD Mimika, Elminus Mom saat bertemu dengan warga Kwamki Lama, Senin.

Elminus bersama 15 anggota DPRD Mimika lainnya dan dua orang anggota DPR Papua bertemu dua kelompok warga yang bertikai untuk melakukan negosiasi agar warga segera mengakhiri pertikaian.

Menurut wakil rakyat dari Partai Gerindra itu, kesabaran pemerintah daerah, TNI dan Polri sudah habis dan tidak akan membiarkan lagi kedua kelompok warga untuk saling menyerang.

"Jika pertikaian antarwarga terus dibiarkan maka korban akan semakin banyak dan orang yang tidak bersalah ikut menjadi korban, siapa yang akan bertanggung jawab," kata Elminus.

Anggota DPRD Mimika lainnya, Pieter Yan Magal menegaskan pemerintah dan aparat keamanan tidak bisa membiarkan begitu saja dan menonton warga Kwamki Lama saling membunuh.

"Hukum manapun apakah hukum positif, hukum adat apalagi hukum gereja tidak membenarkan orang saling membunuh. Kalau ada persoalan, ada banyak pilihan. Perang bukan satu-satunya jalan penyelesaian masalah," kata Magal, wakil rakyat dari Partai Demokrat.

Sedangkan Karel Gwijangge menegaskan, DPRD dan aparat keamanan di Mimika tidak akan membantu warga Kwamki Lama jika masih ingin bertikai.

"Kalau mau aman, mari kita sama-sama menyelesaikan masalah ini," kata Gwijangge, wakil rakyat dari Partai Buruh.

Warga kelompok atas Jalan Mambruk Kwamki Lama masih bersikeras untuk tetap bertikai dengan alasan salah satu warga mereka, Albert Mom tewas dalam konflik dengan kelompok bawah Tuni Kama.

"Saya tidak mau berdamai jika dari kelompok bawah belum ada korban meninggal. Kalau tidak ada korban dari kelompok bawah, saya akan bawa masalah ini ke kampung sampai turun-temurun," kata Noap Tinal yang mengaku sebagai korban pertikaian.

Warga lainnya, Stefanus Kulla mengatakan akan membicarakan permintaan DPRD dan aparat keamanan kepada warga kelompoknya.

Julius Agabal mengatakan, warga Kwamki Lama sesungguhnya menghendaki hidup dalam kondisi aman tanpa pertikaian.

"Saya sebetulnya tidak bisa pegang lagi panah ini, tapi karena keadaan tidak pernah aman makanya kami begini," ujar Julius.

Ia meminta aparat keamanan menegakkan hukum positif di Kwamki Lama dan semua hukum adat yang masih kuat dianut oleh warga setempat dinyatakan tidak berlaku lagi.

Sementara warga dari kelompok bawah Tuni Kama, Albert Tsolme mengatakan warganya siap berdamai jika kelompok atas Jalan Mambruk juga menghendaki hal yang sama.

"Kalau mereka mau berdamai, kami siap berdamai," katanya.

Sebelum para anggota Dewan tiba di Kwamki Lama, pasukan Brimob dan Dalmas Polres Mimika membubarkan warga kelompok atas Jalan Mambruk yang hendak menyerang warga kelompok bawah Tuni Kama.

Bahkan aparat sempat melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan massa setelah imbauan melalui pengeras suara tidak digubris.

Turut mendampingi para anggota Dewan yaitu Direskrim dan Dirintel Polda Papua serta Kapolres Mimika AKBP Mohammad Sagi.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010